1. Home
  2. »
  3. Personal Finance
10 Desember 2015 18:25

Dalam semalam omzet pedagang baju bekas di Sekaten bisa Rp 10 juta

Perempuan asal Wonogiri tersebut mendatangkan pakaian dagangannya dari Singapura. Fadila Adelin

Brilio.net - Salah satu yang menjadi ciri khas penyelenggaraan Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) Jogja setiap tahunnya adalah los berisi dagangan baju baju impor atau lebih dikenal dengan istilah "awul-awul". Dalam Bahasa Indonesia awul-awul artinya mengacak-acak, karena saat para pembeli berburu baju bekas yang ditumpuk biasanya akan diacak-acak untuk mencari pakaian yang diinginkan.

Walaupun sudah ada larangan menjual pakaian bekas oleh Kementerian Perdagangan RI namun ternyata para pedagang tetap menggelar lapak mereka. Antusiasme masyarakat pun tetap besar untuk berburu baju impor bekas ini. Selain murah, awul-awul selalu menjadi tujuan bagi pengunjung sekaten mulai dari usia muda hingga tua karena tak jarang barang berkualitas yang tak kalah dengan toko, bisa dapatkan dari sini.

BACA JUGA :
Tak pernah belajar gamelan, kini Legiyono jadi eksportir gamelan


Seorang pedagang pakaian bekas, Marini (25), mengaku sudah lima tahun berjualan pakaian bekas di Sekaten bersama suaminya. Perempuan asal Wonogiri tersebut mendatangkan pakaian dagangannya dari Singapura. Siapa sangka dari berdagang awul-awul di Sekaten, Marini mampu memperoleh keuntungan yang lumayan besar. Setiap harinya ia bisa mendapatkan pemasukan rata-rata Rp 2 juta.

"Rp 2 juta itu bisa dibilang rata-rata. Kalau sedang ramai-ramainya atau pas malam Minggu bisa mencapai paling tinggi Rp 10 juta," ujar Marini kepada brilio.net, Rabu (9/12).

Menempati los berukuran sekitar 8x8 meter persegi, ia menggelar berbagai dagangannya mulai dari baju, celana, kaos, kemeja hingga jaket. Baik untuk ukuran anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Harganya mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 50.000.

BACA JUGA :
8 Jurus jitu buat kamu anak muda yang ingin berbisnis kuliner

"Kebanyakan yang datang memang anak muda, mahasiswa. Waktu saya tanya, katanya setiap tahun memang berburu awul-awul. Tapi lucunya dia nggak pernah beli di toko baju bekas. Ya cuma pas Sekaten saja. Mungkin karena itu makanya keuntungan di Sekaten jauh lebih besar daripada berjualan sehari-hari," terang Marini yang juga mempunyai kios baju bekas di kawasan Kalasan, Yogyakarta.

Awul-awul memang bukan hanya untuk kalangan menengah ke bawah saja, seni dalam berburu dan mengacak-acak tumpukan pakaian tersebut ternyata menarik orang-orang dari berbagai kalangan. Kamu tertarik juga?

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags