Bagi orang yang lahir di tahun 90-an saat dulu masih kecil pasti pernah mendapatkan sebuah nasehat dari orang tua. Nashat tersebut jika diingat-ingat saat memasuki abad ke 20 ini, terkadang nasehat tersebut tidak masuk akal dan terkesan aneh. Namun, semakin dewasanya usia, saat sejenak bernostalgia dengan nasehat-nasehat jadul (jaman dulu) tersebut, justru nilai yang terkandung dalam nasehat tersebut semakin bisa dipahami, bahwa nasehat tersebut mengajarkan nilai yang dalam. Apa saja nasehat-nasehat tersebut, berikut enam nasehat orang tua yang dulu pernah atau mungkin didengar oleh anak 90-an:
Pertama: Sapu yang bersih! kalau tidak bersih kelak suaminya berewokan
Nasihat ini mungkin paling banyak dirasakan oleh para cewek, karena dalam keseharian anak cewek yang selalu diminta oleh orang tua untuk menyelesaikan kegiatan rumah tangga. Nah nasehat ini jika dilihat secara sekilas tidak ada hubungan sebab akibat yang berkorelasi, menyapu dengan suami yang berewok. Namun jika ditelisik sebenarnya nasihat ini memiliki nilai korelasi yang jelas. Orang tua ingin mengajarkan sejak kecil agar anaknya terbiasa menyapu dengan bersih sehingga kelak tidak mendapatkan suami yang berewok. Makna berewok disini bukan dimaknai secara harfiah sebagai suami yang memiliki rambut berewok di wajahnya, melainkan dimaknai sebagai suami yang tidak suka bersih-bersih atau jorok. Fauziah, mahasiswa semester 4 ilmu kesehatan STIKE A. Yani Yogyakarta mengungkapkan pemahamannya tentang nasihat ini, Hal ini logis bagi saya, karena saat saya menjadi wanita yang cakap dalam urusan rumah tangga, dalam hal ini bersih-bersih, pasti saya tidak akan memilih suami yang kebiasaanya jorok atau kotor dalam kesehariannya.
Kedua: Tulisannya harus rapi, biar kelak istrinya cantik. Kalo Tulisannya acak-acakan Istrinya jelek
Berbeda halnya dengan nasihat yang pertama, nasihat yang kedua ini justru lebih banyak disampaikan kepada anak laki-laki. Kenapa anak laki-laki sering mendapatkan nasihat ini, karena biasanya anak laki-laki memiliki tingkat kerapian dalam menulis lebih rendah dibandingkan anak perempuan. Hal ini dihubungannya dengan istri yang jelek di kemudian hari jika tulisannya jelek, karena pada dasarnya laki-laki yang akan memnjadi kepala keluarga, sehingga dia harus memiliki pendidikan dan pengalaman yang banyak, jika tulisannya jelek maka untuk membaca pelajarannya yang sudah pasti akan kesulitan dan berdampak pada tingkat kepahaman materi, jika materi pelajarannya saja tidak paham, bagaimana dia akan semangat belajar dan bagaimana dia akan meniti karir yang baik tanpa pendidikan yang baik. Menurut saya nasehat ini benar, karena semakin rapi tulisan kita, kemungkinan baiknya prestasi kita juga lebih besar, itu artinya kita bisa meniti karir yang baik dengan prestasi yang baik. Sudah umum rasanya kalau pria dengan karir yang baik, bisa bebas mencari wanita yang sesuai seleranya atau cantik menurut penilaiannya. Tutur Khairul Anwar, salah seorang mahasiswa di Yogyakarta.