Brilio.net - Denyut aktivitas pasar tersohor di Yogyakarta ini mulai terasa cepatnya. Para pedagang sudah hampir 100 persen selesai menyiapkan barang dagangannya. Para pengunjung pasar juga sudah banyak berlalu lalang kala waktu menunjukkan sekitar pukul 09.30 pagi. Begitupun para tukang becak di mulut pintu pasar mulai berlomba menjual jasanya pada para pengunjung.
Adalah Kasdi yang tengah duduk di kursi kayu panjang tepat di pintu gerbang Pasar Beringharjo. Pria yang berusia sekitar 50-an tahun itu duduk sambil menunggu pengunjung yang mungkin membutuhkan jasanya.
Saat berbincang dengan brilio.net, Kamis (30/4), pria asal Bantul, Yogyakarta ini menyatakan bahwa setiap Kamis Pahing seluruh pedagang dan para penjual jasa (termasuk tukang becak) di Pasar Beringharjo selalu menggunakan kebaya atau batik.
"Kalau kami (para tukang becak) pakai batik sama blangkon," tuturnya dalam Bahasa Jawa.
Kasdi menyambung bahwa program Kamis Pahing mengenakan batik atau kebaya secara seragam ini sudah berjalan selama 3 bulan belakangan. Kain kebaya sendiri diperoleh dengan membeli di penjual kain yang memang sudah 'ditugasi' menerima pembelian kain kebaya atau batik untuk keperluan pihak-pihak terkait di Pasar Beringharjo, tentu saja sudah dengan potongan harga khusus.
Bicara tentang adanya program ini, pria yang telah 30 tahun berprofesi sebagai penarik becak itu memungkas dengan semringah. "Ya, pakai kebaya atau batik itu sebagai wujud melestarikan budaya. Masak orang Jawa nggak njawani? Selain itu juga bisa menarik minat wisatawan karena jelas beda kalau hanya menggunakan pakaian biasa."