Brilio.net - Fakta tentang banyaknya pasien yang meninggal di akhir pekan di rumah sakit terdengar aneh. Akan tetapi fenomena ini bukanlah fiktif belaka.
Kejadian aneh tidak hanya berlaku di negara maju seperti Inggris, tetapi juga beberapa negara berkembang. Dua orang akademisi asal Universitas Warwick, Inggris, mencoba mencari tahu penyebab dari fenomena ini sebagaimana dikutip oleh brilio.net dari sciencedaily, Jumat (10/7).
Profesor Lilford, sang peneliti mengungkap, memahami kejadian ini (kematian pasien di akhir pekan) merupakan pekerjaan sangat penting. Dalam datanya, sang peneliti mengatakan bahwa kejadian ini menyumbang 160 kematian setiap tahunnya. Angka ini bukanlah sebuah angka yang kecil.
Sang ahli melakukan penelitian dengan menggunakan data yang masuk mulai tahun 2009 hingga 2012. Data tersebut diambil dari teaching hospital (rumah sakit praktik yang dimiliki oleh pihak universitas) berjumlah 28 rumah sakit yang tersebar di Amerika Serikat, Australia, Inggris, dan Belanda.
Dari data yang dikumpulkan, hasilnya menunjukkan bahwa risiko kematian di akhir pekan mencapai 8% lebih tinggi di 11 rumah sakit Inggris, 13% lebih tinggi di 5 rumah sakit Amerika Serikat, dan 20% lebih tinggi di 6 rumah sakit Belanda. Para ahli fokus terhadap kematian pasien setelah dirawat dari emergensi dan operasi selama 30 hari.
Hingga kini, sang peneliti belum menemukan jawaban yang pasti akan fenomena itu. Meskipun begitu, beberapa kemungkinan sudah ditunjukkan untuk menjelaskan keadaan ini. Mereka percaya bahwa hal ini terjadi karena kekurangan staff dan kurangnya pengalaman tenaga medis di akhir pekan.
Selain itu, para pasien juga harus menunggu perawatan yang lama di akhir pekan meski dalam keadaan mendesak.
Di sisi lain, diagnosis dan juga prosedur pengobatan bisa mempengaruhi hasil tes apabila dilakukan akhir pekan. Dugaan ini dimunculkan karena pasien yang dioperasi saat akhir pekan lebih banyak yang meninggal dibandingkan mereka yang dioperasi pada saat weekdays.