Brilio.net - Masih dalam suasana duka atas kepergian presenter kawakan, Olga Syahputra, yang meninggal karena meningitis. Sebenarnya, seberapa jauh meningitis dapat mempengaruhi kesehatan seseorang?
Seperti yang dikutip brilio.net dari mitrakeluarga.com, Sabtu (28/3), meningitis adalah infeksi pada lapisan otak dan urat saraf tulang belakang. Berikut penjelasannya:
Tipe dan penyebab
Dalam situs tersebut disampaikan bahwa ada tiga tipe meningitis berdasarkan penyebabnya, yaitu:
1. Jamur (Meningitis Kriptokokus)
Jamur kriptokokus adalah penyebab meningitis. Asalnya dari debu atau uap dari kotoran burung yang sudah kering.
2. Virus (Viral Meningitis)
Bisa dibilang meningitis ini terbilang ringan dan mirip flu biasa, biasanya bisa sembuh dengan sendirinya. Ada beberapa virus yang menyebabkan meningitis, di antaranya virus herpes, virus penyebab flu perut, dan virus mumps (virus penyebab penyakit gondong). Namun sejak vaksin MMR (Measles, Mumps, Rubella) ada, sudah jarang terjadi meningitis karena virus mumps.
3. Bakteri (Bacterial Meningitis)
Bakteri ini bernama meningococcal bacteria. Merupakan penyebab meningitis serius. Sebenarnya, bakteri ini hidup 'tanpa mengganggu' di tenggorokan dan hidung, namun pada kondisi tertentu mereka menjadi aktif dan jumlahnya meningkat sehingga menyebabkan meningitis.
Jika bakteri ini terus menyerang dan menggandakan jumlahnya pada sel darah, akan terjadi keracunan darah. Hal ini dapat merusak pembuluh darah sampai meresap ke bawah kulit. Tak bisa dihindarkan menimbulkan bercak kemerahan atau kecokelatan. Selanjutnya, akan menjadi memar yang mengurangi suplai darah ke organ-organ lain dalam tubuh. Akibatnya bisa fatal dan menyebabkan kematian.
Gejala meningitis
Gejala penyakit ini tidak selalu sama pada setiap usia penderitanya. Secara umum gejalanya adalah demam, sakit kepala, dan pilek seperti flu biasa. Sakit kepala itu sendiri sering menyerang bagian depan kepala dan tidak mudah hilang walaupun sudah minum paracetamol.
Selain itu, gejalanya disertai mual dan muntah. Penderita juga merasa lelah, leher pegal dan kaku, kesadaran terganggu, dan kekuatan penglihatan menjadi berkurang. Bahkan menurut penuturan dokter dari Divisi Alergi Imunologi Klinik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM, Iris Rengganis, yang menyatakan bahwa hanya dalam kurun waktu 24 jam, tingkat keparahan meningitis dapat meningkat. Akibat terburuk apabila tidak cepat ditangani ialah kematian.
Meningitis sendiri bisa mengenai bayi sampai orang dewasa. Pada bayi, gejala-gejala di atas tidak semua muncul. Biasanya bayi menjadi sering rewel tapi susah ditenangkan, disertai gangguan kesadaran. Selain itu, adanya jaundice (warna kulit menguning), tubuh dan leher kaku, demam ringan, tidak mau makan atau tidak mau minum ASI. Dalam situs mitrakeluarga.com juga menganjurkan agar bayi segera diperiksakan ke dokter apabila pada ubun-ubun muncul benjolan atau terasa mengencang dan muncul bercak kulit atau bisa jadi kulit berubah putih atau biru.
Penularan meningitis
Meningitis bisa menular melalui cairan yang berasal dari tenggorokan atau hidung, seperti ludah, dahak, ingus, cairan bersin, dan cairan akibat batuk. Artinya, dengan mudah meningitis menular melalui kontak langsung dengan penderita, seperti melalui udara, sentuhan tangan, atau penggunaan peralatan (biasanya peralatan makan dan minum).
Pencegahan meningitis
Mengingat mudahnya meningitis menular, maka proses pencegahannya adalah terbiasa untuk menjaga kebersihan. Setiap dari kita harus rajin mencuci tangan, terutama sebelum makan dan setelah dari kamar mandi. Jangan lupa menggunakan masker bila bepergian ke wilayah endemik meningitis, selalu mengonsumsi makan dan minuman dengan nutrisi seimbang sehingga meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Lengkapi juga dengan vaksin, terutama pada si kecil seperti vaksin HiB (Haemophilus Influenza type B), MMR, dan IPD (Invasive Pneumococcal Disease).
Pengobatan Meningitis
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik ketika seseorang menunjukkan gejala-gejala awal yang tak kunjung sembuh tersebut. Jika dugaan meningitis muncul, dokter akan melakukan tes laboratorium.
Biasanya dokter akan mengambil cairan dari tulang belakang untuk diperiksa dan menentukan kebenaran bersangkutan terinfeksi atau tidak. Bila terbukti terinfeksi meningitis, maka harus dirawat intensif di rumah sakit untuk mendapatkan antibiotik dan cairan infus, guna mengganti cairan yang hilang karena demam atau muntah.