Brilio.net - Hakekatnya cinta itu semua hanya milik Yang Maha Kuasa. Ada pepatah yang berbunyi, cinta memang tak harus memiliki. Seperti itulah yang dirasakan Arvan (29) dan Kusuma (25).
Perjumpaan mereka berawal ketika mereka sedang melakukan Kerja Kuliah Nyata tahun 2012. Mereka sebenarnya tidak dalam satu kelompok KKN, namun Kusuma pernah sekali berkunjung ke lokasi Arvan.
BACA JUGA :
True Story: Menjaga semangat membaca anak-anak Desa Deresan
Mungkin banyak tidak percaya tentang cinta pada pandangan pertama. Namun faktanya Arvan merasakan hal itu dan belum berani mengungkapkan perasaannya.
Arvan berkeyakinan dalam hati, jika memang berjodoh pasti akan bertemu kembali. Akhirnya mereka dipertemukan kembali beberapa minggu setelah KKN selesai dan uniknya mereka dipertemukan tanpa ada yang merencanakan.
"Sejak kami dipertemukan kembali, kami sering berkomunikasi," cerita Arvan kepada brilio.net, Selasa (1/9). "Sejak itu kami lebih sering bertemu dan semakin dekat."
BACA JUGA :
True Story: Membuka jendela dunia dari bawah jembatan Lempuyangan
Waktu semakin bergulir, hubungan keduanya pun kian lengket. Tetapi, ketika itu Arvan belum berani untuk mengungkapkan isi hatinya kepada si gadis pujaan. Butuh beberapa waktu bagi Arvan untuk menyatakan cinta. "Sekitar pertengahan bulan Juni 2012 kami menjadi insan yang paling berbahagia. Saya mengutarakan perasaan saya ke dia," tuturnya.
Desir-desir cinta di hati Arvan ternyata juga dirasakan Kusuma. Pernyataan cinta itu langsung diterima. "Hari-hari pun kami lalui penuh dengan suka cita," kenangnya.
Tapi sayang, jalinan cinta mereka tak sekuat yang mereka kira. Ikatan itu patah seketika ketika sebuah badai menerjangnya, tidak lama setelah kebahagiaan mereka rasakan. "Hubungan kami tidak mendapat restu dari orangtua Kusuma. Kusuma dijodohkan dengan laki-laki pilihan orangtuanya," ujar Arvan lirih.
Semula Kusuma menolak akan perjodohan itu karena sebenarnya hatinya telah tertambat pada Arvan. Demikian juga Arvan, dia berusaha untuk meyakinkan orangtua Kusuma bahwa dirinya layak bersanding dengan Kusuma dan mendapat restu darinya.
Tapi, segala upaya itu tidak membuahkan hasil yang menggembirakan untuk keduanya. Orangtua Kusuma tetap bersikukuh pada pilihannya. Sebagai anak, Kusuma pun akhirnya tak kuasa menolak kehendak orangtuanya. "Usaha saya menjadi sia-sia ketika Kusuma benar-benar telah dipertunangkan dengan pilihan orangtuanya," urai Arvan.
Meski mendapat kenyataan pahit, Arvan tidak patah semangat. Dia masih tetap berfikir jernih dan membangun keyakinan dalam dirinya bahwa mungkin inilah jalan yang terbaik buat mereka berdua. "Karena di dunia ini tidak ada orangtua mana pun yang berniat menyengsarakan kehidupan anaknya," sebut dia. Keyakinan ini pula yang Arvan sampaikan kepada Kusuma agar mulai bisa menerima perjodohan itu, meski jauh di lubuk hatinya dia tidak menginginkan ini terjadi.
"Perjuangankanlah jika memang ia cinta sejatimu meskipun ia tidak menjadi milikmu, setidaknya engkau telah berusaha membuat dia tersenyum. Jangan pernah menilai seseorang dari penampilan. Terkadang cinta memang tak harus memiliki," pesan Arvan.