Brilio.net - Kabut asap yang begitu tebal akibat kebakaran hutan di Pulau Sumatera dan sekitarnya belum ada tanda-tanda selesai. Dalam sebulan terakhir, kegiatan belajar mengajar di Riau terpaksa diliburkan. Begitu juga dengan penerbangan dan aktivitas lainnya.
Kabut asap dan kebakaran hutan yang berkepanjangan tentu menimbulkan berbagai berbagai macam dampak. Nah, berikut 5 dampak dari kabut asap dan kebakaran hutan yang perlu kamu ketahui, seperti dihimpun brilio.net, Senin (21/9):
1. Mematikan pepohonan lebih dari 80%
BACA JUGA :
Orang terkaya China pernah gagal tes SD 2 kali, 3 SMP, 10 kali Harvard
Penelitian Prof. Dr. Tukirin, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menemukan hasil bahwa dampak kebakaran berat dapat mematikan hampir seluruh pepohonan penyusun hutan mencapai lebih dari 80%.
Ekosistem hutan tropik pada dasarnya tidak bisa terbakar secara alami sekalipun pada daerah beriklim kering. Namun pengelolaan hutan yang kurang tepat menyebabkan menurunnya kelembapan udara dan bukaan kanopi hutan sehingga berakibat serasah dan material runtuhan di lantai hutan menjadi kering yang memicu kebakaran di areal hutan tropik di Indonesia.
2. Tidak ada pohon yang mampu bertahan pasca kebakaran di hutan rawa gambut
Hasil penelitian yang dilakukan Tukirin juga menyebutkan jika untuk hutan rawa gambut umumnya akan mati secara keseluruhan, tidak ada pohon yang mampu bertahan pasca kebakaran apalagi kebakaran berulang akan memusnahkan seluruh jenis primer.
Jenis tumbuhan yang muncul setelah kebakaran adalah jenis-jenis tumbuhan pionir dan sekunder seperti kelompok mahang (Macaranga spp.), anggrung (Vernonia arborea), tembalik angin (Croton sp.), dan tumbuhan paku rasam (Pteridium sp. dan Gleichenia sp.). Sedangkan pada habitat rawa gambut, pasca kebakaran hanya ditumbuhi oleh jenis paku-pakuan seperti Nephrolepis spp., Blechnum spp. dan Stenchlaena palustris. Tidak ada tumbuhan berbunga yang mampu bertahan dan tumbuh setelah kebakaran, ujar Tukirin.
3. Krisis air di daerah kebakaran hutan semakin nyata
BACA JUGA :
Akibat erupsi Merapi, alat tenun jadi bagian hidup Sumiarti
Peneliti Puslit Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI, Dr. Herman Hidayat mengatakan jika kebakaran hutan bersumber dari lahan gambut yang seharusnya berfungsi untuk menyerap dan menyimpan air.
Lahan gambut sebenarnya tidak boleh digunakan oleh pengusaha untuk budidaya kelapa sawit dan Hutan Tanaman Industri (HTI). Tapi kenyataannya peraturan itu tak digubris. Semakin berkurangnya lahan gambut pasti akan mengurangi daya serap dan ketersediaan air tanah.
4. Pencemaran udara akibat kebakaran hutan bisa sebabkan hipoksia
Kabut asap yang disebabkan kebakaran hutan berkepanjangan itu bisa menyebabkan hipoksia. Hipoksia merupakan keadaan kekurangan oksigen yang dapat mengakibatkan permasalahan kesehatan pada organ-organ tubuh. Di dalam tubuh, keseimbangan oksigen dijaga oleh sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan.
Ari Fahrial Syam, peneliti dari Universitas Indonesia menyebutkan jika kondisi hipoksia sistematik kronik dapat menyebabkan kerusakan pada hati, ginjal, jantung dan lambung. Perlu dilakukan penelitian tentang kandungan asap yang ada dan dampak penurunan kadar oksigen agar dampak pada masyarakat dapat diketahui dan diantisipasi.
5. Dampak ekonomi yang tak terhitung
Lumpuhnya Kota Pekanbaru dan kota besar lain di Sumatera pasti berdampak pada aktivitas ekonomi masyarakat. Apalagi ada sebanyak 13 bandara di Sumatera dan Kalimantan yang ditutup pada Senin (21/9) akibat kabut asap yang ada. Sudah bisa dipastikan kegiatan perekonomian menjadi terhambat akibat penutupan ini.
Itulah lima dampak dari kebakaran hutan dan kabut asam yang sebulan terakhir terjadi di Pulau Sumatera. Kabut asap yang sampai di Singapura dan Malaysia juga turut mencoreng nama baik Indonesia. Tindakan nyata dari pemerintah sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan kasus ini.