Brilio.net - Inisiatif lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) patut diacungi jempol. Berawal dari kesulitan di lapangan alam bebas yang dialami, akhirnya mereka menciptakan sebuah alat untuk mempermudah pengambilan data geologi lapangan. Kelimanya adalah tiga mahasiswa Geologi UGM, Hafizhan Abidin Setyowiyoto, Ahmad Faizal Amin, dan Riko Susetia Yuda, berkolaborasi dengan dua mahasiswa Elekronika dan Instrumentasi, Ghafar Ramadhan Faqih dan Ahmad Shalahuddin Abdullah.
Kegiatan pengambilan data geologi di lapangan alam bebas merupakan kegiatan yang penuh risiko dengan tingkat kesulitan tinggi. Akan tetapi, kegiatan tersebut tidak bisa dihindari bagi mahasiswa dan pihak yang bergelut di bidang kebumian seperti geologi, geofisika, pertambangan, dan para pegiat alam bebas.
BACA JUGA :
70 Persen mahasiswa baru UGM dari kalangan kurang mampu
"Kita kan dari geologi awalnya punya ide untuk memecahkan masalah pengukuran data lapangan yang umumnya ribet karena harus melakukan plotting lokasi secara manual, lalu mencatat data secara manual satu persatu, dan ini memakan waktu lama. Akhirnya kami terpikir untuk membuat kompas yang dapat mengukur parameter kuantitatif dan menyimpannya secara otomatis," kata Ahmad Faizal Amin kepada brilio.net, Selasa (6/10).
Pengambilan data geologi di lapangan, alat-alat yang digunakan umumnya cukup banyak dan rumit. Hal ini membuat proses pengambilan data menjadi sulit dan memakan waktu lama. Akhirnya, kelima mahasiswa di bawah bimbingan Agung Setianto menciptakan Long Ranger Compass, sebuah kompas multifungsi yang dapat digunakan untuk mengukur parameter kuantitatif dalam pengambilan data lapangan.
BACA JUGA :
UGM raih emas di ajang Komurindo 2015, brilio!
Kompas ini memadukan fungsi Global Positioning System (GPS), pengukur kemiringan dan arah automatis, altimeter, laser, dan data logger untuk memudahkan proses pengukuran data geologi lapangan. Data yang diukur di antaranya adalah koordinat pengamat, kemiringan dan arah penyebaran lapisan batuan, suhu, tekanan udara, dan ketinggian.
Karya kelima mahasiswa ini rencananya akan dipresentasikan dalam kompetisi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-28 yang akan diselenggarakan di Universitas Halu Oleo Kendari, 6-9 Oktober mendatang untuk bidang Karya Cipta. "Harapannya, ke depan alat ini dapat dikembangkan secara luas dan dapat bermanfaat utamanya untuk pengembangan ilmu kebumian," pungkas Ahmad Faizal Amin.