Brilio.net - Sejak zaman dulu Indonesia sudah terkenal akan pulau penghasil tanaman dengan nilai jual yang sangat tinggi. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditas unggulan yang membuat Sriwijaya kaya raya layaknya raja di India.
Begitu pun dengan bangsa Eropa mencoba mencari daerah yang sangat kaya dengan sumber daya alamnya yang tidak terdapat di belahan dunia manapun. Tak terkecuali Indonesia yang menjadi incaran para penjajah kala itu.
BACA JUGA :
Biar tanaman hias kamu tetap cantik, perhatikan 5 hal ini
Berikut 5 pohon asli Indonesia yang bernilai tinggi sejak zaman dulu.
1. Cengkeh
BACA JUGA :
Sarjana agama ini temukan hormon yang bisa bikin tanaman cepat panen
Cengkeh adalah rempah-rempah purbakala yang telah dikenal dan digunakan ribuan tahun sebelum masehi. Semerbak harum cengkeh, telah membius banyak negara untuk menemukan sumbernya. Ketika itu di dunia, cengkeh hanya diketahui dapat tumbuh di pulau-pulau kecil di Maluku.
Ternate adalah tanah asal cengkeh selain Tidore, Makian, Bacan, dan Moti. Dari kelima pulau ini pohon cengkeh menyebar. Gara-gara harumnya kuncup bunga ini, berbagai bangsa datang mencarinya sampai ke bumi Maluku Utara.
2. Pala
The island can be smelled before it can be seen, demikian ungkap Giles Milton mengawali bukunya Nathaniels Nutmeg. Ungkapan itu kurang-lebih bermakna: kepulauan Banda dapat tercium wanginya sebelum pulaunya terlihat. Maka terbayangkan betapa luar biasa Banda dengan Pala-nya saat itu.
Dalam perdagangan internasional, pala Indonesia dikenal dengan nama "Banda nutmeg". Pala merupakan tanaman buah asli Indonesia, khususnya Banda dan pulau-pulau Maluku lainnya. Tanaman ini kemudian tersebar di Pulau Jawa. Sejak itu, pembudidayaan pala terus meluas sampai Sumatera. Pala kini tidak lagi "monopoli" orang Banda Naira. Sekarang sudah ada pala Grenada, yang menjadikan pala sebagai salah satu ekspor andalan mereka.
3. Gaharu
Gaharu merupakan komoditas langka dan spesies asli Indonesia. Gaharu berarti harum yang berasal dari bahasa Melayu, atau dari Bahasa Sansekerta "aguru", berarti "kayu berat (tenggelam)". Gaharu adalah bahan parfum yang diperoleh dari hasil ekstraksi resin dan kayunya. Dilihat dari wujud dan manfaatnya, gaharu memang sangat unik.
Gaharu sudah dikenal sebagai komoditas penting, semenjak jaman Mesir Kuno. Mumi mesir, selain diberi rempah-rempah (kayumanis, cengkeh), juga diberi cendana dan gaharu. Di pasar internasional, gaharu diperdagangkan dalam bentuk kayu, serbuk, dan minyak.
4. Kapur Barus
Inilah salah satu hal yang menarik para pedagang Cina, India, Parsi, Arab, Turki, dan Eropa datang ke Barus. Sedemikian tersohornya kota Barus sebagai penghasil bahan baku kamfer sejak abad ke-9, hingga semua saudagar dari seluruh penjuru dunia berlayar ke Barus untuk membeli kayu penghasil kamfer ini.
Sejak abad ke-4 sampai abad ke-10 Masehi atau sesudahnya, kapur barus atau kamper merupakan barang komoditas di sebagian besar dunia, dari Cina sampai kawasan Laut Tengah (meliputi Indocina, Asia Tenggara, India, Persia, Timur Tengah, bahkan Afrika).
5. Cendana
Cendana adalah tanaman khas yang tumbuh di Pulau Timor dan Pulau Sumba Nusa Tenggara Timur. Konon karena pohon cendana inilah pulau Sumba kemudian mendapatkan julukan sebagai Sandalwood Island.
Pada abad ke-15 datanglah bangsa Eropa (Portugis, Belanda) ke Pulau Timor untuk melakukan transaksi cendana. Sejak itu perdagangan cendana semakin marak, di Pulau Timor terdapat 12 pelabuhan yang ramai dikunjungi kapal dagang mancanegara. Banyak pedagang dari wilayah Indonesia bagian barat dan Cina berlayar ke berbagai wilayah penghasil cendana di Nusa Tenggara Timur terutama Pulau Sumba dan Pulau Timor.