Brilio.net - Proses pewarnaan kain umumnya dilakukan dengan menggunakan pewarna kimia. Namun kini semakin populer pula proses pewarnaan yang menggunakan bahan baku dari alam karena lebih ramah lingkungan. Salah satunya adalah memakai limbah teh.
Pewarna kain dengan menggunakan limbah teh ini ditemukan David singgih, mahasiswa Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia. Dia melihat adanya potensi untuk memanfaatkannya sebagai zat warna alami dari limbah ampas teh. Apalagi banyak masyarakat Indonesia yang minum teh, sehingga limbah ampas teh pun banyak ditemukan di berbagai tempat.
BACA JUGA :
Kisah Sarwidi, tukang becak yang jadi eksportir batik pewarna alam
"Setelah ditelaah, ternyata warna merah kecoklatan yang dihasilkan oleh teh berasal dari teaflavin dan zat tersebut bisa digunakan untuk mewarnai kain," kata David kepada brilio.net, Kamis (13/8).
David menuturkan sebelum ampas teh bisa dimanfaatkan untuk proses pewarnaan kain, terlebih dahulu ampas teh melalui proses yang disebut ekstraksi. Ekstraksi merupakan proses pengambilan zat teaflavin dari ampas teh. "Ampas direbus dengan air hingga volumenya berkurang setengah dari volume awal," imbuhnya.
BACA JUGA :
Cairan limbah batik bisa didaur ulang dengan alat buatan mahasiswa UII
Nantinya hasil ektraksi tersebut bisa dijadikan pewarna kain, khususnya untuk kain batik dengan warna cokelat. Namun, imbuh David, setelah kain diberi warna hasil ekstraksi teh, harus diberi zat fiksasi atau zat pengunci warna. Tujuannya agar warna yang sudah menempel pada kain tidak luntur saat dicuci. "Penguncian warna dilakukan dengan merendam kain yang sudah diberi warna tadi di dalam air tawas," kata David.