1. Home
  2. »
  3. News
2 Juli 2015 03:40

Bagaimana pandangan Islam tentang mengucapkan selamat ulang tahun?

Dalam menentukan bahwa sesuatu itu terlarang atau tidak, dibutuhkan dalil teks yang jelas. Ahada Ramadhana

Brilio.net - Pemahaman bahwa, "jika tidak ada di masa nabi maka tidak boleh dilakukan" sudah sedemikian luas beredar. Pandangan ini tentu saja keliru, sebab dalam menentukan bahwa sesuatu itu terlarang atau tidak, dibutuhkan dalil teks yang jelas. Selama masih ada dalil umum maka tidak masalah dilakukan.

Salah satu contoh kasus tersebut di atas adalah mengenai pemberian ucapan selamat ulang tahun. Sebagian orang mengidentikkan perbuatan ini sebagai kebiasaan non-muslim, yang mana ketika orang Islam melakukannya maka keislamannya pantas diragukan. Hal ini menurut Awy A Qolawun, didasari oleh kegagalan memahami peletakan dan pengaplikasian dari hadis, "Barang siapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk ke dalamnya". Kerancuan akan terjadi ketika memahami teks tanpa ruh.


Mengenai ucapan ulang tahun ini, Gus Awy menjelaskan dalam bukunya Dari Jilboobs Hingga Nikah Beda Agama, dikutip brilio.net, Rabu (1/7), justru didasari dua dalil yaitu mendoakan sesama muslim dan mensyukuri hari kelahiran. "Karena nabi juga mensyukuri hari kelahirannya dengan berpuasa pada hari Senin, sebagaimana dalam sebuah hadis sahih yang cukup terkenal," terangnya.

Bagi yang masih menolak dan berpandangan bahwa harus ada dalil khusus mengenai pembolehan ucapan selamat ulang tahun ini, justru melakukan dua kekeliruan. Pertama, tidak berjalan sesuai kaidah yang telah disepakati para ulama Islam selama berabad-abad, karena mengingkari penerapan tentang bolehnya menggunakan dalil umum ketika tiada dalil khusus. Kedua, jika tidak menerima keberadaan dalil umum, secara tak sadar telah tidak mengakui keglobalan dan keuniversalan dalil (Alquran dan hadis). Jika sudah begini, maka secara tak sadar telah beranggapan bahwa Alquran dan hadis tidak lengkap.

Gus Awy berpesan, jika ingin memahami ayat atau hadis, hendaknya mengacu pada ulama yang kapabel, jangan mencoba-coba melakukan pembacaan sendiri. Meskipun kebetulan sesuai dengan yang dimaksud syariat, namun caranya tetap tak bisa dibenarkan. Jika pembacaannnya keliru, tentu akan berpotensi menyesatkan masyarakat.

BACA JUGA:

Kisah Asmai kalahkan ratusan penyair berkat syair burung bulbul

Kisah kesederhanaan wali kota di tengah penduduknya yang pemberontak

Kisah keharmonisan antar umat beragama di zaman Rasulullah

Kisah Nabi Zakaria tak henti-hentinya berdoa akhirnya dikaruniai anak

Kisah Wali Sanga, alat musik tradisional bikin orang masuk Islam

Kisah perpindahan agama seorang panglima di tengah tengah perang

Kisah Perang Hunayn, kemenangan kaum muslim yang sempat tercerai berai

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
MOST POPULAR
Today Tags