Brilio.net - Boniyem (70), penjual peyek, tampak tidak kehilangan semangat berdagang meski hujan mengguyur kawasan Gejayan dan Ambarukmo Plasa Yogyakarta, tempatnya berjualan. Boniyem biasanya mulai menjajakan dagangannya pada pukul 14.00 sampai 21.30 WIB.
Meski sudah berusia lanjut, Boniyem memilih untuk tetap bekerja dengan berjualan peyek. Dia tidak ingin hidup menyusahkan orang lain. "Saya enggak mau berhenti jualan peyek. Mumpung masih diberi sehat dan kekuatan untuk jalan," ujar Boniyem pada brilio.net, Sabtu (7/3).
Mbah Boniyem merupakan sosok nenek yang ingin mandiri dan tidak ingin dimanja. Dia mengaku bahwa sejak masih duduk di bangku SMP dia sudah terbiasa untuk bekerja sambil sekolah. Dia juga pernah bekerja menjadi pembantu rumah tangga selama kurang lebih 7 tahun di Jakarta, sebelum memutuskan untuk kembali ke Jogja karena orang tuanya sedang sakit.
Mbah Boniyem sudah berjualan peyek selama kurang lebih 4 tahun. Peyek tersebut merupakan buatan dari temannya. Keputusannya untuk berjualan peyek setiap sore sebenarnya sudah dilarang oleh anak lelakinya yang menginginkan mbah Boniyem untuk di rumah saja menikmati masa tua. Tapi nenek yang satu ini tetap gigih untuk berjualan.
Mbah Boniyem menjual sebungkus peyek Rp 5.000. Dia tak mau membuka soal berapa penghasilanya setiap hari. "Ya untungnya memang tidak terlalu banyak, tapi lumayan daripada saya harus di rumah saja ya mending saya pergi jalan-jalan jualan peyek," tutur Boniyem.
Keuntungan yang dia dapat dari berjualan peyek biasanya dia gunakan untuk membeli makan dan terkadang untuk membelikan cucu kesayangannya mainan. Menurut mbah Boniyem cara seperti itulah yang membuat dia selalu bahagia dan semangat.
Nenek ini mengaku tinggal bersama adik iparnya dan anak dari adik iparnya. Sementara satu anak lelakinya sudah menikah dan tinggal bersama istri di daerah Sleman.