Brilio.net - Papua merupakan provinsi yang berada di wilayah paling timur Indonesia. Wilayah yang memiliki luas 808.105 kilometer persegi ini termasuk ke dalam pulau terbesar kedua di dunia dan pulau terbesar pertama di Indonesia.
Meski menjadi pulau terbesar di Indonesia, namun pada kenyataannya akses pendidikan memang masih terbatas di daerah yang terkenal dengan keindahan alamnya seperti Raja Ampat.
"Dari semenjak kuliah sampai dengan bekerja selalu saja saya merasa ingin melakukan sesuatu sesuai yang saya bisa buat untuk Papua," cerita Dayu Rivanto, salah seorang pemuda Papua, kepada brilio.net, Kamis (20/8).
Dayu termasuk salah satu pemuda Papua yang beruntung. Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Nabire, dia lalu melanjutkan pendidikan di Yogyakarta.
Pendidikan yang membuatnya terus memikirkan kampung halaman. Hingga, pada tahun 2012, saat Dayu sedang mengerjakan tesis, bersama sahabatnya Lpngginus Pekey, yang saat itu membutuhkan buku untuk membuat rumah baca bagi komunitas pemuda di Nabire, Dayu lalu menyanggupi untuk membantu.
Akhirnya Dayu melakukan gerakan pengumpulan buku di jejaring sosial. Sebab jejaring sosial merupakan salah satu cara untuk menghimpun bantuan masyarakat luas.
"Saya berinisiatif sosial yang banyak mengedukasi melalui media sosial, juga dengan bertemu langsung dan diskusi dengan beberapa penggerak kegiatan sosial, misalnya dengan @Andivox atau Andi Malewa yang saat itu menggerakkan komunitas Rumah Baca Panter Depok (Depan Terminal Depok)," kata Dayu.
Keprihatinan tersebut membuat pria kelahiran Nabire ini menggagas sebuah gerakan yang disebut Buku Untuk Papua (BUP) yang membawa slogan "Sebuah buku, bangkitkan Papua." Siapa sangka, gerakan kecil melalui media sosial, khususnya Twitter tersebut mampu membuat perubahan besar.
BUP kemudian menjadi suatu gerakan sosial yang banyak sekali membantu komunitas-komunitas rumah baca yang ada di Pulau Jawa atau pun di Papua. Ribuan buku dikirim setiap tahunnya untuk membantu rumah baca yang tersebar di seluruh Indonesia.