1. Home
  2. »
  3. News
1 November 2015 23:31

Dilema tambang emas ilegal, tumpuan banyak warga tapi mengancam jiwa

Merkuri ini mengalir ke perairan tempat ikan-ikan yang menjadi konsumsi warga. Ahada Ramadhana

Brilio.net - Mencari pekerjaan tak hanya tentang mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Ada hal-hal yang turut perlu dijadikan pertimbangan. Misalnya lokasi yang mudah dijangkau, jam kerja yang tidak menyiksa, dan lain-lain. Pertimbangan ini nantinya disesuaikan lagi dengan keadaan pribadi, keluarga, maupun lingkungan.

Keluhan mengenai pekerjaan ini disampaikan oleh Sabarudin (21), pemuda asal Pasar Angko 2, Jambi kepada brilio.net melalui sambungan telepon bebas pulsa 08001555999, beberapa waktu lalu. Mahasiswa FKIP IAIN Sultan Thaha Saifuddin ini menceritakan keadaan masyarakat di tempatnya tinggal yang sejak 5 tahun terakhir berbondong-bondong mencari penghasilan dari penambangan emas ilegal. "Peralihan ini sudah mulai sejak 10 tahun terakhir namun terasa sekali 5 tahun ini," tutur Sabarudin.

BACA JUGA :
7 Kebiasaan yang tanpa disadari ternyata merusak lingkungan


Kini, desa tempat Sabaruddin bermukim ini dikenal sebagai tempat penambangan emas ilegal. Menurut penuturannya, TNI/aparat telah berupaya menangani ini namun tidak membuahkan hasil. "Kalau menghentikan tidak bisa, pemerintah sebatas menertibkan," tuturnya.

Pernah ada konflik yang terjadi hingga melibatkan senjata api. Beberapa warga diketahui memiliki senjata api. Tembak-tembakan antara aparat dan warga pernah terjadi hingga memakan korban jiwa dua orang dari pihak warga.

Dulunya, warga setempat dapat menjaga dapur tetap mengebul dari bekerja sebagai petani karet atau sawit. Namun pendapatan dari sana dirasa tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga warga mulai beralih ke penambangan emas yang menjanjikan rupiah yang lebih besar. Tuntutan ekonomi menjadi alasan utamanya. Bahkan atas alasan ekonomi, tak sedikit yang tak ragu mengambil harta sesamanya.

BACA JUGA :
Tak terbayangkan, kelapa bisa dilengkapi GPS pelacak pencemaran sungai

Penggunaan bahan kimia berbahaya seperti merkuri yang dikeluhkan oleh Sabaruddin dan warga sekitar sebab menimbulkan pencemaran air yang tidak baik untuk kesehatan. Merkuri ini mengalir ke perairan tempat ikan-ikan yang menjadi konsumsi warga. Meskipun banyak rupiah yang dihasilkan dari pekerjaan ini namun disayangkan karena tak memerhatikan dampak 10-15 tahun ke depan.

Aktivitas yang dilakukan pagi hingga sore ini menghasilkan Rp 60.000-70.000 per malam bagi pekerja tingkat menengah ke bawah dan Rp 300.000-400.000 per malam bagi pekerja kelas menengah ke atas. Umumnya warga pergi meninggalkan rumah dengan membawa beberapa perlengkapan yang dibutuhkan untuk bermalam di lokasi selama 1-2 minggu. Usulan Sabaruddin adalah untuk menyediakan lahan pekerjaan baru, minimal sama dengan yang didapat di penambangan.

Cerita ini disampaikan oleh Sabaruddin melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu!

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags