Brilio.net - Seiring dengan zaman yang terus berganti, wajah penikmat wayang kulit di Indonesia juga berganti. Jumlah penikmatnya pun terus berubah. Kini, jumlah orang yang betah ngendon menatap gerak wayang kulit semalam suntuk itu semakin berkurang. Apalagi jumlah anak mudanya. Tak usah ditanya lagi, kini anak muda lebih suka nonton bioskop dari pada nonton wayang kulit. Kamu gimana hayo?
Kurangnya minat orang Indonesia untuk melihat pagelaran seni itu ternyata berkebalikan dengan minat anak muda di Argentina. Tahun lalu, ketika salah seorang dalang kawakan asal Jogja, Ki Seno Nugroho memamerkan wayang kulit di Buenos Aires, tak disangka penontonnya membludak. Sampai-sampai Ki Seno harus mengadakan 3 kali pentas berturut-turut.
Warga Argentina yang baru pertama kali melihat seni wayang kulit sangat menikmati pementasan wayang itu. Suguhan wayang yang dimainkan Ki Seno selama 1 jam bikin mereka ketagihan. Warga yang sudah nonton menceritakan ketakjubannya pada wayang kulit ke warga lainnya yang belum nonton. Alhasil, warga lainnya jadi penasaran dan langsung bergegas ke tempat pementasan teater. Tiket untuk 3 kali pertunjukan-pun terjual habis.
"Bahkan antrian tiket mengular seperti film box office, dan tempat pentas sampai tidak muat. Sampai-sampai pihak kedutaan minta pementasan tambahan sekali lagi. Terharu saya dengan antusiasme penonton. Pengen kasih sekali lagi, tapi saya sudah terlanjur ada jadwal pentas lagi di tempat lain. Jadi saya tolak tawaran mereka," kata dia saat berbincang dengan brilio.net di acara Jagongan Malam Santai di Yogyatourium (23/4).
Berada di negeri orang lain tak membuat Ki Seno mementaskan wayang kulit dengan bahasa setempat. Ki Seno mengaku tidak menguasai bahasa Argentina. Dalang ini hanya bisa bahasa Inggris. Oleh karena itu, Ki Seno membawakan pentas wayang itu tetap dalam Bahasa Jawa.
Penonton hanya dibekali selembar teks ringkasan cerita dalam bahasa Argentina yang dibagikan oleh panitia sebelum masuk ruang teater. Anehnya, mereka tetap mau-mau saja menonton pementasan wayang kulit itu. Perbedaan bahasa yang terlalu jauh ternyata tak memadamkan rasa antusias mereka.
"Rata-rata penonton terkesan dengan model wayang kulit yang khas dan unik, juga tabuhan gamelan. Gerakan wayang yang saya mainkan ternyata membuat mereka paham isi cerita tanpa harus ngerti bahasa Jawa," ujarnya bangga.
Kesuksesan pementasan di Argentina membuat Ki Seno kini dibanjiri permintaan manggung di negara-negara lain. "Beberapa waktu yang lalu saya ndalang di Polandia. Ada beberapa negara juga yang saya kunjungi dadakan. Terus juga ada panggilan untuk ngisi di Uruguay tahun depan," imbuhnya.
Tuh, kesenian Indonesia aja dilirik antusias sama luar negeri kan? Jadi mulai sekarang kamu jangan malu ya sama kesenian asli Indonesia. Jangan melulu doyan sama kesenian bule-bule. Hidup wayang.