Brilio.net - Adalah 'hewan' bernama Lembuswana yang memiliki ciri badan lembu, bersayap, gading, serta belalai. Pada masa pemerintahan sultan ke-17 kerajaan Kutai Kartanegara, Sultan Muhammad Aji Sulaiman yang memerintah pada 1850-1899, Lembuswana ditetapkan sebagai lambang kesultanan. Sehingga kini kamu bisa menemui Lembuswana di berbagai sisi kota Tenggarong yang merupakan pusat pemerintahan kerajaan, maupun kota sekitarnya yang pernah menjadi bagian Kerajaan Kutai.
'Hewan' ini bermula dari kisah kelahiran Puteri Junjung Buih (Puteri Karang Melenu) yang merupakan istri dari raja pertama Kerajaan Kutai Kartanegara, Aji Batara Agung Dewa Sakti yang memimpin pada 1300-1325. Dikutip brilio.net dari teks 'Sejarah Singkat tentang Lembuswana' di Museum Kayu Tuah Himba Tenggarong, Kamis (31/7), Lembuswana merupakaan kendaraan yang membawa sang putri.
Dikisahkan, suatu waktu air sungai di Tanjung Riwana (Sekarang Desa Kutai Lama kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara) menghasilkan gelombang, turun hujan panas, disertai suara guntur dan petir. Dari gelombang tersebut air menjadi berbuih dan muncul seekor naga dengan di atasnya berdiri lembuswana yang membawa gong besi di atas kepala. Di dalam gong tersebut adalah seorang bayi yang badannya terbungkus kain cindai kuning. Di tangan kanannya tergenggam sebutir telur ayam. Bayi ini ditemukan oleh pasangan suami istri Petinggi Hulu Dusun dan Babu Jaruma.
Dari pernikahan Aji Batara Agung Dewa Sakti dengan Puteri Karang Melenu ini, lahirlah Aji Batara Agung Paduka Nira yang meneruskan kepemimpinan ayahnya sejak 1325 hingga 1360.