1. Home
  2. »
  3. News
5 Oktober 2015 12:37

Mawo tak kenal nyerah, meski tiap pulang kerja ditunggui penagih utang

Mawo banting tulang dengan sabar demi masa depan anak yang lebih baik darinya. Sabar Artiyono

Brilio.net - Sejak berumur 22 tahun, sosok pria ini memang telah akrab dengan pekerjaan kasar. Pendidikannya yang hanya lulusan SMP, memaksa Eldian Darmawan (35) menjadi buruh serabutan di Bengkulu. Akan tetapi, semua pekerjaan itu dilakukan dengan senang hati karena ingin menunjukkan sosok ayah yang penuh tanggung jawab di depan anak dan istrinya.

Hampir setiap hari pria yang tinggal di Talang Jarang, Bengkulu ini sarapan dengan air putih hangat. Itulah modal energi yang dia konsumsi untuk tetap kuat menjalani harinya sebagai buruh serabutan. "Kalau di kebun kopi berangkat jam 07.00 pagi, tetapi kalau di kelapa sawit pukul 06.00," ujarnya kepada brilio.net melalui sambungan bebas pulas 0800-1-555-999, Minggu (4/10).

Meskipun sudah menikah di tahun 2007 lalu, kehidupan Mawo, panggilan akrabnya, belum berubah. Tidak hanya di perkebunan saja, dia juga sering menjadi kuli bangunan di berbagai proyek. "Bahkan saya pernah meninggalkan istri dan anak selama dua minggu," akunya.

"Sering sekali istri saya harus menunggu saya pulang untuk memasak beras," jelasnya ketika menceritakan kehidupan rumah tangganya. Bahkan, sang istri yang umurnya lebih mudah lima tahun darinya harus rela ngutang di warung ketika Mawo bekerja di luar kota. Saat dia pulang, para pedagang itu menunggu di rumahnya untuk mengantre menagihnya.

"Saya melakukan ini agar anak saya tidak merasakan apa yang saya alami," tuturnya dengan semangat. Bahkan dia juga berharap anaknya bisa menjadi guru. "Saya hanya ingin menunjukkan sebagai ayah yang bertanggung jawab saja," itulah prinsip yang dipegang oleh bapak dua anak ini.

Ketabahan Mawo sepertinya menular kepada anak dan istrinya. Keluarga kecilnya memang jarang sekali mengeluh dengan keadaan yang dialaminya. Bahkan, cacian dan juga umpatan dari sang mandor ketika sedang menjadi buruh sudah hal biasa. "Caci maki itu seperti makanan lalat bagi saya," jelasnya.

Dia hanya berharap bahwa harga komoditas perkebunan atau pertanian lekas membaik. Jika harga semakin tinggi, artinya Mawo juga semakin makmur karena adanya tambahan rezeki. "Kalau ekonomi semakin baik, maka untuk menambah satu anak lagi bisa terlaksana," tegasnya.

Cerita ini disampaikan oleh Eldian Darmawan melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu.


SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
MOST POPULAR
Today Tags