1. Home
  2. »
  3. News
1 Agustus 2015 14:02

Meniru kumbang, ini teknologi mutakhir atasi kekeringan

Bisa dimanfaatkan sebagai air minum maupun untuk mengairi lahan pertanian. Fadila Adelin

Brilio.net - Air merupakan kebutuhan dasar bagi manusia maupun makhluk hidup lainnya agar bisa terus bertahan. Para peneliti berusaha mengembangkan ilmu pengetahuan agar manusia tetap bisa mendapatkan air dalam berbagai kondisi.

Hal itu dilakukan peneliti untuk mengantisipasi krisis air yang bisa saja terjadi di masa depan. Para peneliti melakukan uji coba menjaring air dari kabut alami menggunakan jala khusus yang memiliki fungsi sebagai penampung air.

BACA JUGA :
Sudah diteliti, tiga tanaman ini terbaik untuk mengatasi kekeringan


Seperti dilansir brilio.net dari CNN, Sabtu (1/8), para peneliti dari MIT School of Engineering bekerja sama dengan Pontifical University of Chile di Santiago melakukan penelitian di Gurun Atacama yang berada di pantai Chile, Santiago yang dikenal sebagai salah satu daerah terkering di bumi. Jala khusus yang dibuat oleh peneliti ditempatkan pada sebuah dataran tinggi yang secara konsisten terselimuti kabut. Jala yang dibentangkan tersebut memungkinkan peneliti mengumpulkan kabut dari kabut dan mengubahnya menjadi air yang bisa dimanfaatkan sebagai air minum maupun untuk mengairi lahan pertanian.

Teknologi yang diterapkan dalam menjala air itu merupakan teknologi bimimicry. Teknologi itu diungkapkan oleh Garteh McKinley, Profesor Mechanical Engineering MIT yang terinspirasi dari kumbang namib yang merupakan organisme asli daerah kering. Kumbang namib mengumpulkan kabut sebagai upaya memenuhi airnya.

Sebelum mendapat hasil paling optimal, para peneliti dikabarkan telah melakukan berbagai ujicoba agar mendapat "sistem koleksi kabut" yang paling efisien. Mereka berkerja keras dalam waktu yang lama dengan memodifikasi jarak jala maupun ukuran dan bahan serat supaya menjaga "keterbasahannya".

BACA JUGA :
Penemuan revolusioner, api bisa dipadamkan pakai gelombang suara!

Para peneliti ini mengklaim bahwa sistem yang mereka teliti merupakan teknologi paling terjangkau secara pasif dalam menghasilkan air di tanah yang sulit air. Mereka berharap bahwa sistem ini akan segera bisa diterapkan di daerah kering maupun gurun dalam waktu singkat.

Cara ini mungkin saja bisa diterapkan di Indonesia, khususnya di dataran tingginya.

Penasaran dengan cara kerjanya? simak videonya di sini:

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags