Brilio.net - Jika kamu melintas di persimpangan Harmoni, Jakarta Pusat, tepat di atas jembatan di antara Jalan Veteran dan Jalan Ir H Juanda, kamu bisa melihat patung antik. Patung berbahan perunggu itu menggambarkan manusia yang di kepalanya menggunakan helm bersayap dengan mata dan tangan kanannya menunjuk langit. Tangan kiri memegang tongkat bersayap yang dililit dua ekor ular. Kaki kanan yang dilipat, sedangkan kaki kiri berdiri di atas bola seperti hendak terbang ke langit biru.
Patung ini menggambarkan Dewa Hermes dalam mitos Yunani. Hal ini juga dikenal sebagai Mercurius dalam mitos Romawi. Hermes atau Mercurius dianggap sebagai malaikat pelindung. Boleh jadi, di zaman Belanda penempatan patung ini di atas jembatan sebagai simbol untuk menjaga dan melindungi pedagang yang menyeberangi Jembatan Harmoni.
Tapi tahukan kamu jika patung itu awalnya milik Karl Wilhelm Stolz, seorang pedagang kelahiran Jerman 28 Januari 1869 yang kemudian menjadi warga negara Belanda. Sebelum ke Batavia, Stolz berdagang di Banjarmasin dan Sibolga. Pada 9 Juni 1897, dia menikah dengan seorang wanita Swiss, Matilda Jenny, di Buitenzorg (sekarang Bogor).
Pada tahun 1900, Stolz mendapat kewarganegaraan Belanda dan membuka toko di Rijswijksestraat (sekarang Jalan Veteran). Toko yang bernama Jenny & Co ini khusus menjual barang-barang logam dan gelas dari Geislingen. Toko itu maju pesat, sehingga Karl membuka cabang di Semarang dan Surabaya.
Stolz membeli patung Hermes pada tahun 1920 di Hamburg. Patung itu sebenarnya barang dagangan toko miliknya. Namun Stolz sangat mencintai patung ini yang akhirnya diletakkan di kebun rumahnya di Meester Cornelis (sekarang Jatinegara). Tapi, sang istri tak suka dengan patung telanjang. Baginya patung itu terlalu vulgar.
Dia selalu meminta suaminya untuk menyingkirkan patung itu.Pasangan suami istri (pasutri) ini pun berbeda sikap soal patung ini.
Ketika istrinya meninggal dunia pada tahun 1930 di Den Haag, Stolz memutuskan menjual bisnis dan tokonya. Stolz meninggal 30 Maret 1945, sebagai tahanan perang Jepang dan dimakamkan di Semarang. Sebelum menjual tokonya di Jalan Veteran, dia memberikan patung itu kepada Pemerintah Batavia sebagai rasa syukur karena dia diberi kesempatan untuk menjalankan bisnis di Batavia.
Pada Agustus 1999, patung antik ini hilang dari tempatnya. Warga Jakarta terkejut. Tapi kemudian pemerintah Jakarta membuat pernyataan bahwa patung Hermes dipindahkan ke Museum Fatahillah untuk melindunginya dari pencurian dan mutilasi. Jadi Patung Hermes yang kita lihat di Jembatan Harmoni saat ini adalah duplikat. Patung aslinya ditempatkan di halaman belakang Museum Fatahillah, Kota Tua.