Brilio.net - Ketika anak-anak lain di seluruh dunia bergembira bersama balon berwarna-warni di suatu perkumpulan, berbeda dengan apa yang dilalui rekan seusia mereka di Bangladesh. Pada usia yang terlalu muda, mereka harus menghabiskan masa kecilnya dengan bekerja di pabrik balon di Dhaka demi membantu keluarga mencari rezeki.
Ada di antara mereka yang sudah mulai bekerja pada usia 10 tahun, di mana mereka seharusnya duduk di bangku sekolah dan menelaah buku pelajaran. Namun, mereka tidak ada pilihan selain bekerja di pabrik yang kotor, menyusun balon berdasarkan warna serta mengangkat beban berat.
BACA JUGA :
5 Alasan kamu tak perlu bekerja selama 24 jam
Mereka mulai bekerja sejak jam enam pagi dan akan pulang ke rumah pada lima sore. Namun, upah yang diterima sangat menyedihkan dan tidak setimpal dengan susah payah mereka. Pekerja cilik ini dibayar dengan gaji serendah 6.50 pound sebulan (Rp 144.300 dengan kurs 1 pound=Rp 22.200) dan jika beruntung mereka bisa peroleh hingga 16 pound per bulan (Rp 355.200). Meskipun biaya sangat rendah tetapi bagi kebanyakan orang tua, mereka tidak memiliki pilihan selain membiarkan anak-anak mereka bekerja.
Dikutip brilio.net dari laman hmetro, Kamis (01/10) seorang anak berusia 12 tahun, Apu mengaku harus bekerja setelah ayahnya menghilang ketika dia berusia lima tahun. "Sejak itu ibu yang menjaga saya dan sekarang giliran saya pula bekerja untuk membantunya," katanya.
Seorang lagi, Ruma (11) mengatakan, dia tidak suka belajar dan senang karena tidak perlu ke sekolah. "Gaji ayah saya sebagai buruh harian tidak cukup untuk menampung kehidupan kami sekeluarga. Sebab itu saya bekerja di sini," ujarnya.
BACA JUGA :
Siti kasir cantik kini kunci Instagramnya, para jomblo makin galau deh
Fotografer Zakir Chowdhury yang merekam kehidupan pekerja anak ini mengatakan, menurut penelitian sekitar satu juta anak-anak berusia 10-14 tahun bekerja sebagai buruh di Bangladesh. Pekerja anak ini terlibat dalam pekerjaan yang berisiko tinggi seperti di pabrik, garasi mobil, stasiun kereta api dan pasar. "Biaya yang diterima mereka sangat rendah bahkan ada yang tidak dibayar langsung," jelasnya.
Bagi pengusaha, mengambil anak-anak bekerja bukan satu masalah. Pemilik pabrik balon di Dhaka, Zakir Hossain, secara terbuka mengaku mengambil anak bekerja tetapi mengklaim mereka diperlakukan dengan baik.
"Di sini, mereka semua seperti anak saya dan diberi kesempatan yang sama rata. Mereka bekerja di sini untuk membantu menghidupi keluarga. Namun, saya tetap berharap suatu hari nanti mereka akan mendapatkan pendidikan untuk memajukan keluarga," katanya.