Brilio.net - Seorang remaja perempuan asal Yaman divonis menderita penyakit hepatitis setelah mengonsumsi teh hijau secara rutin. Gadis berusia 16 tahun itu mengakui bahwa dia membeli produk green tea tersebut melalui internet untuk menurunkan berat badan.
Seperti dikutip brilio.net dari daily mail, Jumat (25/9), gadis yang tidak diketahui identitasnya itu sempat dilarikan ke rumah sakit karena mengalami pusing, mual, sakit perut, dan nyeri sendi. Dokter kemudian mendiagnosa bahwa gadis itu mengalami infeksi saluran kemih dan memberinya antibiotik.
Namun setelah mengonsumsi 2 dosis antibiotik, gejalanya semakin parah. Pasca dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, gadis itu menderita penyakit hepatitis. Hal ini terjadi karena levernya terserang zat-zat berbahaya seperti alkohol.
Tapi gadis itu mengaku tidak pernah minum alkohol ataupun mengonsumsi obat-obatan dalam jangka panjang. Belakangan diketahui bahwa dia memang mengonsumsi teh hijau asal China yang didapatkannya dari internet.
Dia membeli 2 kotak, setiap kotak berisi 100 kantong teh. Setiap hari dia minum sekitar 3 cangkir teh selama beberapa bulan terakhir. Menurut keterangan yang tercantum, teh hijau itu diklaim dapat menurunkan berat badan dengan cepat.
Berdasarkan investigasi para dokter, teh hijau itu ternyata mengandung Camellia sinesis, sejenis rumput yang biasanya diambil daun dan batangnya untuk dijadikan minuman.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal BMJ Case Reports, obat-obatan herbal yang mengandung Camellia sinesis kerap diperjualbelikan secara bebas di internet. Bahkan, angka permintaannya pun semakin meningkat.
Teh hijau memang sering dikaitkan dengan kerusakan pada organ dalam, terutama lever. Ada banyak kasus medis yang disebabkan oleh konsumsi serbuk teh, infus teh, dan pill diet yang dikonsumsi secara terus menerus. Di samping itu, produk-produk tersebut seringkali bukan terbuat dari teh murni, namun ditambah bahan-bahan lain yang belum terbukti aman untuk dikonsumsi.
"Ada potensi munculnya hepatitis karena kandungan pestisida, terutama produk dari negara-negara berkembang melalui internet. Penggunaan obat herbal kurang mendapatkan pengawasan, padahal seharusnya diawasi dokter," tulis para peneliti dalam jurnal tersebut.
BACA JUGA :
Biar sepanas oven, jangan langsung menyalakan AC mobil! Berbahaya!