Brilio.net - Rasa bahagia dan bangga menyelimuti Hasan Basri (18), ketika tahu bahwa dirinya diterima di Universitas Gadjah Mada, salah satu universitas terbaik di Indonesia. Pasalnya dia tidak mengira dapat melanjutkan kuliah karena keuangan orangtuanya yang pas-pasan.
Hasan mengenang satu bulan yang lalu ketika dia tergopoh-gopoh pulang ke rumah untuk menemui ibunya. Di tangannya terdapat selembar kertas yang baru saja dia print dari warnet. Selembar kertas yang berisi informasi bahwa dia telah diterima di Jurusan Sastra Arab UGM.
"Waktu itu ibu langsung memeluk saya sambil nangis terharu karena impiannya berhasil menguliahkan saya dan kakak saya dulu," ujar Hasan kepada brilio.net, Rabu (29/7).
Sehari-hari Hasan dan keluarganya memang hidup dengan keterbatasan. Ibunya, Sariyah, sudah selama 24 tahun berjualan es campur dengan penghasilan yang tidak menentu. Sariyah mengaku setidaknya dia menyisihkan Rp 10.000 hingga Rp 15.000 setiap harinya untuk tabungan biaya anaknya sekolah.
Sedangkan ayahnya Sawit Budiono berprofesi sebagai tukang parkir dengan penghasilan kurang lebih Rp 30.000 setiap harinya. Di rumah sederhana 4 x 12 meter kedua pasangan tersebut berhasil membesarkan Hasan dan kakak lelakinya.
Sejak kecil Hasan memang biasa hidup dalam keterbatasan. Namun dirinya tidak pernah mengeluh. Sejak SD dia terbiasa berjalan kaki untuk menuju sekolah. Tidak seperti anak-anak SMA pada umumnya yang meminta motor pada orangtuanya, Hasan tetap berjalan kaki menuju sekolah. Dia juga hanya diberi uang saku Rp 5.000 saja saat SMA.
"Beda dengan teman-teman yang waktu SMA ikut bimbel, saya nggak pernah ikut karena ibu bapak nggak punya uang. Tapi alhamdulillah saya bisa diterima di kampus negeri," lanjut Hasan.
Sastra Arab memang sudah menjadi jurusan impian Hasan sejak dulu. Dia mengaku memilih jurusan tersebut karena terinspirasi oleh guru ngajinya di masjid dekat rumahnya. Dia berharap nanti dia bisa menjadi dosen Sastra Arab karena selain menjadi mata pencaharian dia juga bisa mengamalkan ilmu agama.