1. Home
  2. »
  3. News
30 Juli 2015 06:40

Serangan brutal Belanda jatuhkan pesawat misi kemanusiaan di Jogja

Peristiwa ini mengakibatkan gugurnya tiga perintis Angkatan Udara Republik Indonesia. Fefy Haryanto

Brilio.net - TNI Angkatan Udara menorehkan tinta emas dalam operasi tempur udara pertama, 68 tahun silam, tepatnya 29 Juli 1947. Kala itu, tiga pesawat 'rongsokan' warisan Jepang, satu jenis Guntei dan dua Cureng, membombardir tiga kamp militer Belanda di Semarang, Ambarawa, dan Salatiga. Serangan yang dilancarkan dari Pangkalan Udara Maguwo (sekarang Lanud Adi Sutjipto) ini berdampak besar karena menimbulkan efek kejut dan daya gentar terhadap militer Belanda.

"Setelah penyerangan, Pangkalan Udara Maguwo diliputi suasana bangga, senang, sekaligus haru karena para pejuang udara kembali dengan selamat setelah melaksanakan operasi udara pertama, yang saat itu belum memiliki pengalaman terbang dalam operasi tempur udara," ujar Kepala Dinas Penerangan Udara Marsma TNI Dwi Badarmanto saat peringatan peristiwa itu di Yogyakarta, Rabu (29/7).

BACA JUGA :
Bermodal pesawat rongsok, TNI AU sanggup hancurkan 3 markas Belanda


Sayangnya, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. "Pada sore harinya berubah menjadi duka. Pesawat Dakota VT-CLA yang membawa obat-obatan sumbangan Palang Merah Malaya untuk Palang Merah Indonesia, ditembak jatuh oleh pesawat pemburu P-40 Kittyhawk Belanda dan jatuh di Desa Ngoto, Bantul," lanjut Dwi. Peristiwa ini mengakibatkan gugurnya tiga perintis Angkatan Udara Republik Indonesia, yakni Komodor Muda Udara Adisutjipto, Komodor Muda Udara Prof Dr Abdurrachman Saleh, dan Opsir Muda Udara Adi Soemarmo. Tidak hanya para perintis AURI, serangan juga menewaskan warga sipil berkebangsaan asing yang ada di dalam pesawat nahas itu.

Untuk mengenang peristiwa itu, sejak 29 Juli 1955, tiap tanggal 29 Juli diperingati sebagai Hari Berkabung AURI. Tapi, mulai 29 Juli 1962 diubah menjadi Hari Bakti TNI AU. Sejak itu, peringatan peristiwa bersejarah ini dipusatkan di Yogyakarta.

"Semangat perjuangan dan kerelaan berkorban tanpa pamrih yang diwariskan para pendahulu dalam peristiwa bersejarah tersebut, senantiasa menjadi inspirasi dan semangat yang tetap terpelihara, sekaligus dijadikan sebagai nilai moral dan profesionalisme setiap insan prajurit TNI AU dalam melaksanakan tugas pengabdiannya kepada bangsa dan negara," tegas Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Agus Supriatna.

BACA JUGA :
Ini tradisi sakral kelulusan pendidikan pilot pesawat tempur TNI AU

SHARE NOW
EXPLORE BRILIO!
RELATED
MOST POPULAR
Today Tags