Brilio.net - Ketua Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Kristiono mengatakan hasil kajian kepemilikan smartphone oleh masyarakat Indonesia diperkirakan berkontribusi 5,5 persen terhadap perekonomian nasional (produk domestik bruto/PDB). Berdasarkan kajian dan survei oleh Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) bersama pihaknya, kontribusi setiap pengguna smartphone terhadap nilai tambah ekonomi di Indonesia sebesar Rp 1.728 juta. Setiap kenaikan satu persen pengguna telpon seluler meningkatkan PDB sebesar 0,055 persen.
Menurutnya, penggunaan smartphone mampu meningkatkan kontribusi perekonomian karena adanya trafik data internet yang memberikan nilai tambah melalui berbagai aplikasi yang dapat disematkan dalam telpon pintar tersebut.
Sementara itu, berdasarkan survei yang dilakukan 84 persen responden menyatakan smartphone bukan barang mewah, namun telah menjadi kebutuhan. Studi tersebut juga memperlihatkan keputusan membeli smartphone bukan sepenuhnya dipengaruhi oleh gaya hidup maupun gengsi, namun lebih kepada fungsinya.
Untuk itu, menurut Kristiono, tidak ada alasan bagi pemerintah untuk menghambat kepemilikan smartphone oleh masyarakat melalui berbagai kebijakan seperti pajak PPnBM, karena terbukti smartphone mampu mendongkrak perekonomian.
"Smartphone adalah alat produksi yang memungkinkan masyarakat meningkatkan kualitas hidup, memberikan akses lebih mudah untuk informasi dan peluang bisnis," kata Kristiono, Selasa (1/12) .
Sementara, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menilai hasil kajian tersebut membuktikan sektor teknologi informasi dan komunikasi yang didukung dengan smartphone telah membentuk perekonomian digital yang berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Untuk itu, pihaknya akan berupaya agar sektor tersebut dapat terus tumbuh sehingga mampu mendorong perekonomian nasional yang lebih baik.
"Indonesia merupakan negara dengan potensi 'digital economy' terbesar di dunia," pungkasnya.