Brilio.net - "Selama napas masih berhembus, kaki kuat melangkah, mulut mampu berbicara aku tidak akan menyerah".
Kalimat itulah yang selalu menjadi penyemangat Dian Syarief (50), wanita yang telah selama 17 tahun berjuang hidup dengan penyakit Lupus.
Perjuangan yang dilalui Dian memang tidak mudah. Dia harus rela kehilangan rahimnya dan menjalani operasi hingga sebanyak 17 kali. Namun tidak mau menyerah begitu saja, pada tahun 2004 Dian bersama suaminya mendirikan yayasan yang diberi nama Syamsi Dhuha Foundation (SDF).
Yayasan bertujuan memberikan sosialisasi Lupus kepada masyarakat, karena sebagian orang masih awam dengan penyakit tersebut.
Selain menyebarkan informasi, keberadaan SDF yang didirikan di Bandung tersebut juga dimaksudkan sebagai kelompok dukungan bagi penyandang lupus di berbagai daerah lain. Orang yang hidup dengan Lupus atau Odapus juga harus mendapat pendampingan medis yang memadai.
Melalui salah satu programnya, Care for Lupus, Dian bertekad untuk membesarkan hati para Odapus dan keluarga yang mendampingi mereka melalui berbagai aktivitas yang bermanfaat tak hanya bagi mereka sendiri, tapi bagi masyarakat luas.
"Selain kontak langsung dengan penderita Lupus kami juga turun ke puskesmas-puskesmas khususnya di daerah pedesaan agar tenaga medis di sana bisa mengidentifikasikan gejala lupus," ujar Dian kepada brilio.net, Kamis (3/9).
BACA JUGA :
Mereka berbagi buku bagi pelajar di NTT, demi Indoensia pintar!
Dian Syarief (tengah) saat menerima penghargaan.
Tak hanya kelompok dukungan, tetapi SDF juga berperan aktif menggugah kesadaran pemerintah akan Odapus (orang dengan penyakit Lupus). SDF pun turut berjuang agar obat yang harus rutin dikonsumsi Odapus dimasukkan dalam cakupan program Jaminan Kesehatan Masyarakat. Perjuangan Dian dan SDF ini berhasil pada tahun 2010.
SDF juga bergerak dalam kampanye penanganan Lupus, khususnya dengan mendorong riset penggunaan bahan alami sebagai suplemen yang dibutuhkan Odapus. Dian beralasan, inisiatif untuk mendorong riset bahan alami bagi Odapus di Indonesia harus segera dilakukan guna mengurangi ketergantungan Odapus pada bahan dari luar negeri.
Dian Syarief memberikan motivasi dan pengalamannya.
BACA JUGA :
Sibuk bisnis, perempuan ini tetap berprestasi
"Alhamdulillah, selama empat tahun terakhir SDF sudah mendampingi penelitian obat dengan tanaman herbal antara lain seperti penggunaan daun cocor bebek, ubi rambat, ataupun daun songgolangit untuk suplemen atau pengganti obat bagi Odapus. Meski baru rintisan, setidaknya tindakan itu sudah dimulai, tak sekadar wacana," lanjut Dian
Dengan semua kegiatan itu, SDF mendapat Sasakawa Health Prize, penghargaan internasional dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dian mengharapkan agar SDF bisa menjadi nyala di tengah kegelapan, seterang suar dan terus menyala.
"Badan boleh sakit, tetapi jiwa harus tetap sehat!" pungkas Dian.