Brilio.net - Tas, benda satu ini sudah sangat akrab di kehidupan sehari-hari. Bahkan tas juga telah menjelma menjadi gaya hidup, mulai dari tas yang harganya hanya puluhan ribu rupiah hingga puluhan juta rupiah. Jenis-jenis tas pun bervariasi, mulai dari ransel hingga koper.
Berbicara perihal tas dan keberadaan tas yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta membuat terobosan baru dalam pemanfaatan tas. Jika selama ini tas hanya berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan barang bawaan, maka kini tas juga dapat membantu penggunanya untuk siaga bencana, khususnya gempa bumi.
Adalah Fathin Naufal Nur Islam (Fakultas Teknik, angkatan 2013), Aisyah Hafidzoh(Fakultas Kedokteran Gigi, angkatan 2013), Azzami Rasyid (Fakultas Geografi, angkatan 2012), Aji Candra Lestari (Fakultas Teknik, angkatan 2014) da Alya Rasyida Zahra (Fakultas Geografi, angkatan 2014) yang membuat terobosan itu. "Kondisi Indonesia yang rawan bencana dan keberadaan tas yang dekat dengan keseharian inilah yang melatar belakangi karya kami ini," jelas Aisyah kepada brilio.net, Jumat (12/6).
Karya mereka diberi nama Bagong (Bag When Something Goes Wrong). Keunggulan dari Bagong ini adalah teknologi yang terdapat di dalamnya. Tas ini memiliki teknologi Geographic Information System (GIS).
Bagong memang melalui proses yang cukup panjang dalam pembuatannya, mulai dari wawancara kuantitatif untuk mendapatkan kondisi bencana hingga melakukan pendesainan. Tas didesain seperti halnya tas yang sering digunakan sehari-hari.
"Sederhananya, tas ini dapat dipergunakan sehari-hari dengan alat yang kami sebut 'reporting', ketika terjadi bencana gempa, alat tersebut dapat diaktifkan, sehingga terhubung dengan server (evakuator), hal ini akan memudahkan evakuasi," lanjut Aisyah.
Penemuan tas dengan sistem GIS ini memang pertama kali ada di Indonesia. Meskipun demikian, dalam prosesnya mereka juga menemui berbagai kendala seperti desain produk dan bahan yangg akan digunakan. Namun, mereka dapat melewati kendala tersebut dan terbukti hari ini mereka mampu membuktikan bahwa tas dengan sistem SIG pertama kali di Indonesia berhasil mereka buat.
"Kami berharap prototype ini dapat terus dikembangkan dan disempurnakan sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat kelak. Kami juga berharap agar masyarakat Indonesia tidak lagi menyalahkan takdir jika suatu saat bencana datang," harap Aisyah dan rekan satu timnya.
BACA JUGA:
Anak SMA ini temukan cara deteksi boraks cukup pakai tusuk gigi
Seram, hewan raksasa berbentuk pipa ditemukan di dasar laut
Ini alasan mengapa bayi harus sering kamu ajak ngobrol
Ramuan teh ini dipercaya bisa bikin wanita lebih panjang umur
Kandungan tersembunyi dari tanaman gunung ini bisa jadi pengganti gula