Brilio.net - Sore itu di pertengahan bulan Juni, dengan semangat yang menggebu-gebu, saya beserta teman-teman menerobos padatnya Jogja. Yup! Jogja belakangan ini menjadi lebih padat dari biasanya, semakin banyak kendaran yang melintas dan semakin banyak juga yang berputar mencari alamat.
Sesampainya di bawah jembatan layang Lempuyangan, saya sedikit terkejut karena di sini begitu sangat ramai. Sejenak berpikir tentang hal apakah yang membuat masyarakat berbondong-bondong datang ke sini? Bahkan ada yang datang membawa anak, suami, pacar dan ada pula yang hanya membawa buku. Yang terakhir ini kami.
BACA JUGA :
Mengenal Tsundoku, orang yang suka beli buku tapi nggak pernah dibaca
Ternyata setelah bebarapa menit diperhatikan, tempat ini adalah suatu hiburan sederhana, murah dan sangat terjangkau bagi masyarakat menengah ke bawah. Selain bisa melihat kereta keliling, di sini juga menyajikan berbagai macam kuliner seperti sate, lontong, siomay, bakso tusuk dan tak lupa berbagai macam jenis minuman. Selain itu juga di sini terdapat berbagai macam permainan anak, seperti odong-odong, kereta dan banyak lagi yang lainnya hingga membuat anak-anak begitu gembira saat berada di sini.
Kami mulai membentangkan koran dan menyusun berbagai macam buku yang kami punya, dua orang dari kami berkeliling dan mecoba menawarkan buku bacaan yang dapat dibaca gratis. Setelah beberapa lama, akhirnya mobile library mulai didatangi pengunjung, mulai dari keluarga yang sedang istirahat, anak anak yang sedang bermain dan beberapa pasangan kekasih.
Suasana bertambah asyik ketika dua gadis kecil yang lucu dan polos bernama Tifa dan Rizma menghampiri dan memilih buku yang telah disediakan. Mereka senang sekali dengan buku yang dibawa, salah satunya buku bergambar yang membuat rasa ingin tau mereka sangat besar.
BACA JUGA :
Komunitas ini rutin bagikan buku untuk cerdaskan anak pedalaman, top!
Mereka ingin tahu hal baru. Entah berapa buku yang mereka baca sore itu bersama dengan kami. Dan yang paling membuat saya tersenyum ketika Rizma dengan polosnya menolak ajakan bermain. "Saya sukanya membaca mas," jawabnya.
Obrolan menarik terjadi saat itu dengan seorang ibu beserta anaknya yang sedang membaca. Dia mengatakan bahwa anaknya sering sekali ke sini, karena anaknya senang sekali dengan kereta api, bahkan ia mengatakan anaknya sangat ingin berkerja di PT KAI suatu saat nanti. Melihat keinginan anak itu yang begitu luar biasa dan dukungan yang tak henti-hentinya diberikan sang ibu, saya yakin cita-cita itu bakal terwujud suatu hari nanti.
Akhirnya senja yang begitu indah menutup perjumpaan kami bersama anak-anak dan masyarakat di bawah jembatan layang Lempuyangan. Sampai jumpa lagi ya, di bawah jembatan layang Lempuyangan dan jangan pernah berhenti untuk membaca.
Cerita ini dinarasikan berdasarkan pengalaman pribadi Azri Muharrom bersama Komunitas Jendela Jogja.