Brilio.net - Setiap orang tentu memiliki kisah asmaranya masing-masing, entah kisah manis atau yang pahit. Seiring berjalannya waktu, kedewasaan mendukung pemahaman atas cinta tersebut. Jikapun punya kisah yang kelam, tidak satu-dua orang yang mengalami, ribuan bahkan jutaan orang pun pernah mengalami hal serupa.
Dua orang yang saling cinta tak dengan otomatis dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih matang. Banyak faktor lain yang masuk pertimbangan selain perasaan cinta. Hal ini dialami pula oleh seorang pria berikut ini yang dikisahkan di laman Elite Readers seperti dikutip brilio.net, Sabtu (3/10).
BACA JUGA :
23 Foto seksi Tiara Dewi 'Syahrini KW', siapa yang paling cetar?
Seorang gadis dari orangtua yang kaya raya memiliki kriteria lelaki yang pintar, pengertian, bertanggung jawab untuk menjadi suami. Hal ini tentu saja beralasan. Sang gadis menginginkan seorang suami penyayang yang bisa menjadi tempat bergantung sekaligus teladan bagi anak-anaknya kelak.
Namun, tak bisa dibantah pula, laki-laki yang bisa memberi wanitanya apapun mereka butuhkan juga menjadi pertimbangan besar dan bahkan lebih diutamakan. Maka, kemapanan seorang lelaki adalah hal penting baginya ketika ada yang melamarnya.
Sepuluh tahun lalu, seorang pria mencintai gadis anak orang berada tersebut. Meskipun bukan seorang pria mapan, dia mencoba melamar sang gadis. "Gaji bulananmu saja setara dengan kebutuhan harianku. Silakan cari dan nikahi seseorang yang selevel denganmu," demikian jawab sang gadis.
BACA JUGA :
7 Cewek seksi ini pernah taklukkan Al Ghazali, siapa paling cantik?
Lelaki mana yang tak sakit ditolak cintanya dengan alasan penghasilan? Sepuluh tahun berlalu gadis itu belum sepenuhnya terhapus di memori lelaki itu.
Takdir lantas mempertemukan mereka pada suatu siang di sebuah pusat perbelanjaan. Perempuan tersebut yang telah menikah dengan lelaki kaya pilihannya segera mengenali sang pria.
Ilustrasi
"Hai, apa kabar?" sapa si perempuan. Ia melanjutkan, "Sekarang aku telah menikah dengan seorang lelaki pintar dan kaya, gajinya mencapai USD 15.700 per bulan (sekitar Rp 227,6 juta per bulan) Bisakah kau menandinginya?"
Si pria yang mendengar kata-kata menyakitkan dari perempuan yang masih belum dilupakannya itu memilih diam, sembari menahan air matanya agar tak tumpah.
Tak berapa lama, suami si perempuan mendatangi mereka dan mengambil posisi berdiri di sisi sang istri. Belum sempat si perempuan berucap, sang suami segera mengenalkan sang pria pada istrinya.
"Siang Pak, saya melihat barusan Anda berbincang dengan istri saya," tutur sang suami pada si pria.
"Selamat siang Pak.... Maaf, saya lupa."
Sang suami mengingatkan namanya pada pria tersebut. Lantas, dia mengatakan pada istrinya, "Sayang, kau harus tau beliau ini adalah pimpinanku di kantor. Kau tahu, beliau mampu menghasilkan USD 100 juta (sekitar Rp 1,45 triliun) dari kantor tempat aku bekerja."
Si perempuan tak percaya, dia tak mampu mengatakan apa-apa. Si pria hanya tersenyum, lantas berkata ia harus pergi sebab ada hal penting lain yang harus dia kerjakan. Tatapan yang seolah tak bisa lepas dari pasangan itu mengantarkan kepergian si pria.
Masih belum memercayai kenyataan tersebut, si perempuan bertanya pada suaminya, "Benarkah dia bosmu?"
"Ya sayang. Dia seorang yang rendah hati, namun dia menyimpan kisah pilu. Dia dulunya pernah mennyintai seorang gadis namun ditolak sebab kala itu dia adalah seorang pria yang miskin. Semenjak kejadian itu, dia jadi seorang pekerja keras. Ditunjang kecerdasan, dia menjadi orang yang sukses. Kini, dia adalah salah satu miliarder yang mampu menabung jutaan dolar dalam setiap bulan. Sayangnya, dia belum bisa melupakan perempuan yang telah mematahkan hatinya dulu, ingatannya tentang kegagalan menikah masih ada," sang suami menimpali. "Betapa beruntung seandainya perempuan itu bersedia menikah dengannya!"
Si perempuan benar-benar shock dan tak mampu mengucapkan sepatah kata pun.
Betapa roda kehidupan ini berputar sangat cepat. Kehidupan bisa bagaikan cermin. Kamu bisa melihat balasan atas apa yang telah kamu perbuat. Maka jangan jadi orang yang arogan atau merendahkan orang lain karena keadaan saat itu saja. Sebab semuanya bisa berubah dengan cepat.