Akhir tahun ini Yogyakarta terasa lebih istimewa dengan diadakannya sebuah pameran terbuka bertajuk Antawacana. Pameran ini adalah pameran seni yang pertama kali diadakan oleh Jogja Street Sculpture Project, bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan diikuti oleh sekitar 32 seniman patung dari berbagai wilayah di Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Pematung Indonesia (API).
Tema Antawacana sendiri diambil dari Bahasa Sansekerta, yang berarti dialog. Tema ini mencerminkan ruang publik yang kini sudah menjadi ruang pertemuan dari berbagai macam latar belakang seperti bahasa, budaya hingga bangsa.
Bagi kamu yang penasaran dengan pameran ini, bisa langsung menyambanginya di seputaran Jalan Mangukubumi hingga daerah Kleringan Kotabaru. Pameran seni terbuka ini sendiri akan diadakan hingga tanggal 15 Desember 2015 mendatang.
Nah, berikut 32 foto dari pameran Antawacana yang berhasil brilio.net jepret khusus buat kamu, Selasa (9/11):
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Rel' karya Anusapati. Menggugah ingatan dan kesadaran warga terhadap kereta api sebagai modal transportasi yang sudah dirintis oleh pemerintah kolonial Belanda sejak zaman dahulu.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Tembok Pemisah' karya Yulhendri. Mempresentasikan gejala sosial yang berkembang di masyarakat secara umum, yakni kasta-kasta sosial.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Rolasan' karya Amboro Liring. Di era globalisasi, bentuk 3 dimensi bisa sebagai sarana hiburan yang segar/humoris/mengundang tawa kepada publik.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Space Kodak' karya Ali Umar. Frame untuk mempercantik foto dan juga membuat suasana surealis dengan adanya frame di balik Tugu akan menambah suasana dan kesan yang sangat tidak biasa.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Ternyata' karya Awan P Simatupang. Ketika trotoar dipersempit atau ditiadakan, rasa ngeri saat menyebrang jalan, kebisingan dan polusi harus kita terima. Lalu dimanakah rasa aman dan nyaman bagi pejalan kaki?
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Menusuk Menyempit' karya Deddy Maryadi. Peniti untuk melindungi tatanan ekologi.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Rainbow' karya Suparman. Keberanekaragaman warna menunjukkan keanekaragaman suku, ras, budaya dan agama.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'No Parking' karya Teguh S Priyono. Pratinjau terhadap kesemrawutan lalu lintas, perparkiran, dan sebuah otokritik.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Migration to a New Planet' karya Roni Lampah. Tanggapan atas kemajuan yang hanya didasari capaian ekonomi yang mempunyai dampak lingkungan.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'The Cleaning' karya Harry Susanto. Merespons inspirasi isu lingkungan di ruang terbuka supaya tetap ada satu alur aspiratif yang berkesinambungan dan tersirat pemikiran obyek tradisional.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Pustakauni' karya Rizal Kedthes. Pentingnya pembelajaran terhadap seni budaya secara sosial.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Penunjuk Arah' karya Supar Mardiyanto. Memberi alternatif pandangan dengan warna-warna cerah dan pengingat arah tujuan akhir perjalanan manusia.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Hibrid' karya Yoga Budiwantara. Dalam derasnya arus budaya global, memberi 'lampu merah' agar kita selalu 'eling lan waspada' dan menciptakan kualitas ketahanan budaya. Di mana banyak hal yang diliputi oleh keadaan yang serba tidak jelas, penuh was-was, keragu-raguan dan ketidakpastian.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Diagonal Biru' karya Komroden Haro. Bergesernya makna Yogyakarta dari kota pelajar menjadi kota wisata.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Terasa Ditarik' karya Yusup Dilogo. Meningkatnya suhu kota karena faktor pencemaran udara yang semakin hari semakin mengkhawatirkan, ditambah dengan menyempitnya lahan terbuka hijau.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Penunjuk Arah' karya kedua Supar Mardiyanto. Makna karyanya masih sama, yakni memberi alternatif pandangan dengan warna-warna cerah dan pengingat arah tujuan akhir perjalanan manusia.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Rimbun' karya Nugroho Hohok. Pembangunan Jogja yang bergerak begitu cepat membuat kesan membabi buta guna tuntutan zaman.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Sunyi' karya Ichwan Noor. Pergeseran fungsi sosial ekonomi yang tidak terhindarkan, menyebabkan predikat Yogyakarta sebagai kota sepeda pun akhirnya tenggelam.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Duduk' karya Akmal Jaya. Pentingnya fasilitas tempat duduk di jalanan kota.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Berat!' karya Indra Lesmana. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap manfaat pepohonan.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Shopping' karya Sardjito. Konsumerisme yang berlebihan dengan bentuk trolley yang berisi barang kebutuhan sehari-hari.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Sign to Sign' karya Khusna Hardiyanto. Semakin banyaknya kendaraan di jalan, makin banyak pula pengendara yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas. Mereka tidak memperhatikan tanda-tanda tersebut. Entah karena kalah dengan iklan-iklan di jalan, mungkin?
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Sakit, Sukar, Susah' karya Basrizal Al Bara. Keresahan Al Bara tentang pemotongan pohon yang ada di kota secara sembarangan untuk kepentingan iklan, instalasi listrik dan keamanan.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Sekedar Batas' karya Purwanto. Batas trotoar seharusnya berfungsi melindungi pejalan.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Kaki Melangkah' karya Dunadi. Memvisualisasikan sebuah bentuk kaki melangkah, dengan harapan setiap langkah kita mengarah pada sebuah kebaikan.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Play Series' karya Ambar Pranasma. Bermain di ruang terbuka dalam bentuk dan konsep.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Simpang Siur Sanitasi Kota' karya Sugeng Pribadi. Makna sampah, hari ini tidak hanya sekedar sampah artifisial, namun sampah telah memiliki makna baru sebagai sampah sosial, politik dan idiologis.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Laju Perahuku Laju' karya Soewardi. Mengingatkan Kali Code sebagai salah satu ikon kota Jogja.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Sunny Day' karya Suparman Baela. Penantian dan pengharapan terhadap hujan.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'The Singing Tree' karya Agung Tato. Keriuhan suara knalpot yang mulai memekakkan telinga Jogja.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Renggong' karya Win Dwi Laksono. Kesadaran akan kewaspadaan di jalan raya dalam situasi yang 'menegangkan sekaligus menggembirakan'.
Andry Trysandy © 2015 brilio.net
'Ruang Tanpa Ruang' karya Syahrizal Koto. Sepeda sudah tidak lagi mendapatkan ruang baik di jalan maupun di hati masyarakat Jogja.