Suku Asmat merupakan salah satu terbesar di Papua. Asmat terletak di antara Suku Mappi, Yohukimo, dan Jayawijaya.
Selain bertempat tinggal di pesisir pantai, ada juga Suku Asmat yang menempati bagian pedalaman. Salah satu yang membuat Asmat lebih dikenal adalah ukiran kayunya yang khas. Nah, guna mengenalkan lebih dekat bagaimana kehidupan Suku Asmat, SATUNAMA, organisasi yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat mengadakan pameran bertajuk "Mengeja Asmat", 12-18 Agustus 2015 di Java Poetri Yogyakarta.
Ardian Pratama, staf SATUNAMA, mengungkapkan jika dengan pameran ini dilakukan sebagai salah satu cara dari SATUNAMA untuk mengenalkan kebudayaan Suku Asmat kepada masyarakat luar.
"Sudah hampir lima tahun program Asmat berjalan. Selama itu juga SATUNAMA mengirimkan anggotanya ke sana yang selalu diganti setiap enam bulan sekali," kata Ardian kepada brilio.net, Jumat (14/8).
Pameran foto ini adalah hasil dari reportase keseharian 5 aktivis yang bergerak di daerah pedalaman Papua, tepatnya di Suku Asmat. Mereka adalah Maria Sucianingsih, Asep Nanda Paramayana, Peter P. Sarkol, Vallens Aji Sayekti, dan Ronaldus Mbrak.
Foto-foto yang dipamerkan dalam pameran ini adalah bidikan dari keunikan setiap wilayah yang tersebar sudut-sudut Asmat. Dengan foto-foto tersebut, mereka ingin menceritakan bagaimana kehidupan Suku Asmat yang penuh dengan tantangan dan keunikan tersendiri.
Berikut sebagian foto yang dipamerkan pada pameran tersebut:
© 2015 brilio.net
Sebagai perempuan, mereka percaya bahwa bermake up dengan tanah dapat menambah kecantikan.
© 2015 brilio.net
Tak ada rasa takut bagi anak-anak Asmat. Foto ini menggambarkan kepolosan dan ketelanjangan anak Asmat yang merupakan bagian dari alam.
© 2015 brilio.net
Setiap kampung Asmat selalu terdapat satu rumah panjang bernama Rumah Bujang yang digunakan sebagai balai desa tempat berkumpul.
© 2015 brilio.net
Olahraga Suku Asmat.
© 2015 brilio.net
Perjuangan menuju sekolah yang ditempuh lebih berat dari anak-anak lainnya.
© 2015 brilio.net
Sagu menjadi makanan pokok di sana sebagaimana padi dan jagung di tempat lain.
© 2015 brilio.net
Bila ada keluarga yang meninggal biasanya dimakamkan di dekat rumah. Mereka percaya jika yang meninggal hanya jasadnya, sementara ruhnya masih hidup dan akan selalu dekat bersamanya.
© 2015 brilio.net
Mereka harus menunggu berhari-hari untuk bisa mendapatkan bahan bakar yang dikirim dengan helikopter.
© 2015 brilio.net
Berburu menjadi salah satu ciri Suku Asmat untuk bertahan hidup.
© 2015 brilio.net
Tarian selamat datang dari Suku Asmat.