Brilio.net - Dalam forum konferensi teknologi terbesar di Asia, Seoul Digital Forum, seorang anak muda bernama Boyan Slat (20 tahun), CEO dan Pendiri The Ocean Cleanup mengumumkan rencana perusahaannya untuk mengoperasikan alat pembersih plastik di lautan yang akan mulai bekerja pada triwulan kedua 2016. Kawasan yang dipertimbangkan akan dibersihkan pertama kali adalah lepas pantai Tsushima, sebuah pulau yang terletak di antara kepulauan Jepang dan semenanjung Korea Selatan.
Dilansir brilio.net dari The Ocean Clean Up, Rabu (3/6), alat ini mempunyai rentang panjang sekitar 2 kilometer, yang akan menjadi struktur terpanjang di dunia yang mengambang di lautan, mengalahkan Tokyo Mega-Float yang 'hanya' satu kilometer. Direncanakan, alat tersebut akan beroperasi selama dua tahun, mengambil sampah-sampah plastik di lautan sebelum sampah tersebut mencapai pantai. Saat ini, pemerintah lokal pulau Tsushima sedang mengkaji apakah plastik bisa digunakan sebagai sumber energi alternatif.
Jepang, yang merupakan negara kepulauan, sudah lama mencari cara untuk mengatasi sampah plastik di laut yang sangat masif. Rata-rata satu meter kubik sampah per tahun dibuang oleh tiap individu di Jepang saat ini. Jika percobaan pertama ini berhasil, maka alat sepanjang 100 km akan dipasang membentang untuk menjaring sampah plastik di Great Pacific Garbage Patch, sebuah kawasan di antara Hawaii dan California.
"Kalau kita mengangkat sampah-sampah plastik dari lautan menggunakan kapal, entah berapa ribu tahun sampah-sampah itu akan terangkat," kata Boyan, seperti dikutip dari Mongabay Indonesia.
Anak muda ini mulai memikirkan ide pembersihan laut saat sedang diving di perairan kepulauan Yunani. Saat itu dia terkejut saat menjumpai banyak sampah plastik di lautan, dan tak seorangpun yang peduli, apalagi punya solusi.
Dalam praktiknya, alat yang dikembangkan Boyan akan tersambung dengan pembatas yang tersambung hingga dasar laut, yang akan menangkap sampah mengambang kemudian mengumpulkannya. Plastik-plastik tersebut akan bergerak merambat mengikuti pembatas menuju sebuah platform yang telah disediakan untuk selanjutnya diekstraksi. Desain Boyan ini mendapat penghargaan Best Technical Design dari Delft University of Technology, Belanda.
Apakah sistem yang dikembangkan Boyan ini benar-benar berhasil untuk mengangkut sampah dari lautan? Mari kita nantikan, tentu bukan dengan membuang sampah sembarangan lagi ke lautan ya!
BACA JUGA INI:
Siswa SMK bisa ciptakan printer 3D berbahan akrilik, brilio!
Demo ini tak perlu kirim massa ke jalan, cukup pakai hologram
Anak SMA ini temukan cara deteksi boraks cukup pakai tusuk gigi
Hindari minum teh pada momen-momen berikut ini
Seram, hewan raksasa berbentuk pipa ditemukan di dasar laut
Nggak melulu buruk, ini 5 manfaat baik rokok yang perlu kamu tahu