Brilio.net - Joharudin (17) merasa prihatin dengan keluarganya. Ibunya yang sudah berusia 50 tahun dan ayahnya yang berusia 55 tahun masih giat bekerja sebagai pedangan makanan. Sudah sejak tahun 2000 ibunya jualan gado-gado, sementara ayahnya jualan martabak. Mereka terpaksa bekerja keras demi menghidupi keenam anak-anaknya. Bebannya masih bertambah, mengingat mereka selama berkeluarga masih tinggal di rumah kontrakan di Jalan Rusunawa, Marunda, Blok C1, Jakarta Utara.
Meski Johar adalah anak terakhir, tapi ia tidak bisa hanya mengisi hari dengan belajar. Saat ini ia masih duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA). Dan bersama ketiga saudaranya, ia bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. Sementara dua saudara tertuanya sudah menikah dan tinggal dengan keluarganya masing-masing.
Tinggal di Jakarta memang membutuhkan kegigihan ekstra supaya bisa bertahan hidup. Keluarganya sadar, tetapi mereka tidak punya lagi harapan hidup di kampung. Sebab, sejak neneknya meninggal dunia pada tahun 2013, harapannya sirna untuk mendapat bagian dari tanah warisannya di kampung Karanganyar, Bekasi.
Tanah itu telah dijual oleh bibinya pada tahun 2011. Keluarganya sempat dijanjikan mendapatkan bagian dari hasil penjualan itu, tapi sampai kini tidak pernah terjadi. "Ketika bibi ditanyai tentang warisan itu dia marah-marah," selorohnya kepada brilio.net, Jumat (2/10) malam via sambungan telepon.
Ia masih berandai, jika bibinya itu tidak serakah, mungkin harapan hidup keluarganya bisa lebih baik. Tinggal di rumah kontrakan bersama orangtua dan keempat saudaranya membuatnya sedikit getir untuk menatap masa depan. Berulang kali ia mencari cara untuk bisa meyakinkan orangtuanya agar menggugat kembali hak warisnya. Namun orangtuanya selalu menolak demi keutuhan silaturahmi dengan saudaranya itu.
Bahkan ketika hari raya Lebaran, selalu orangtuanya lah yang mengunjungi bibinya untuk bersilaturahmi, walaupun mereka saudara lebih tua. "Saya nggak mau hubungan persaudaraan saya dengan adik saya hancur. Jadi saya memilih untuk mengalah saja," ujar orangtuanya masih dalam sambungan telepon yang sama.
Johar mengaku bibinya kini telah mapan berkeluarga. Ia baru saja merenovasi rumah tinggal dari hasil penjualan tanah warisan itu. Bibinya sendiri cukup unik, ia punya dua suami dari pengakuannya. Suami pertamanya adalah seorang penjaga rantal Playstation (PS) di Bahari, Jakarta Utara, suami keduanya adalah seorang pensiunan TNI yang tinggal di Bekasi. Anehnya, suami pertama tahu dengan suami kedua, dan mereka pernah bertatap muka di acara pernikahan putri suami kedua itu.
Cerita ini disampaikan oleh Joharudin melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 08001555999. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu.
Recommended By Editor
- True Story: Mamaku adalah 'papaku' juga
- True Story: Olok-olokan mereka membangkitkan semangatku untuk berhasil
- Legenda Obasuteyama, kisah anak membuang orangtuanya yang telah renta
- True Story: Cinta bersemi dari flashdisk yang tertukar, so sweet!
- True Story: Curhat galau prajurit TNI AU suka dihukum gara-gara jomblo
- True Story: Lelaki ini pilih berhenti kuliah demi kejar passion seni
- Kakek nenek ini tetap setia dalam sakit setelah 60 tahun menikah
- True Story: Kisah tukang becak tolak pelanggan demi jamaah subuh
- True Story: 'Aku gak mau nambah dosa dengan menggugurkan kandunganku'
- True Story: Kisah pilu ibu rumah tangga terinfeksi HIV suaminya
- True Story: Laptop dicuri, Manda nyaris gagal skripsi
- True Story: Derita cinta beda agama ditentang orangtua