Brilio.net - Jika kamu menemukan akar ini, hidung kamu akan langsung mencium aoram wangi yang khas. Makanya, masyarakat mengenal akar dari tanaman sejenis rerumputan ini dengan sebutan akar wangi.
Aroma wangi itu dikeluarkan minyak atsiri yang terkandung pada bagian akar. Akar ini memiliki beragam manfaat, salah satunya adalah untuk pengusir rengat dan kecoa, sehingga biasa diletakkan di dalam almari pakaian maupun tempat penyimpanan pusaka keris, maupun kain batik. Selain, rengat dan kecoa tak akan datang, pakaian kamu pun akan harum. Kegunaan lain adalah untuk aromaterapi ruangan.
Akar wangi juga banyak dipakai untuk bahan kerajinan tangan. Berbagai bentuk binatang dibuat memakai akar wangi yang sudah dianggap langka ini. Salah satu sentra pembuatan kerajinan ini ada di Kabupaten Gunung Kidul.
Salah satu perajin akar wangi asal Desa Semin, Gunung Kidul, Agus (47), Selasa (14/7) mengatakan, akar wangi dimanfaatkan untuk bahan baku kerajinan berbentuk binatang seperti kuda, kura-kura, gajah, buaya, dan kipas yang kini banyak dijual di berbagai daerah. "Kerajinan akar wangi berbentuk berbagai jenis binatang selain untuk hiasan, juga dapat sebagai aromaterapi di ruangan," kata Agus yang membuka dasar dagangan hasil produksinya di kawasan Keraton Kasunanan Surakarta.
Menurut Agus, jumlah perajin akar wangi di Gunung Kidul sekitar seribuan orang. Produksinya sudah tersebar di Pulau Jawa, dan telah sampai berbagai daerah seperti Sulawesi, Maluku, Aceh. "Saya mampu memproduksi berbagai jenis binatang yang terbuat dari bahan akar wangi mencapai 20 jenis per hari. Zaman dahulu masyarakat menggunakan akar wangi masih bentuk akar yang sudah dikeringkan sebelum secara tradisional," katanya.
Menurut dia, hasil produk dari bahan akan wangi tersebut dijual antara Rp 8.000 per buah hingga Rp 30.000 per buah, tergantung jenis dan besar kecil bentuk binatang. "Kerajinan akar wangi ini, tidak hanya wisatawan lokal yang membeli, tetapi turis dari luar negeri banyak yang membeli hasil produknya untuk dibawa ke negaranya," kata Agus.
Menurut Agus, dirinya menekuni membuat kerajinan bahan akar wangi khas Gunung Kidul tersebut sejak 1997 hingga sekarang. Omzet penjualan lumayan di tempat objek wisata sekitar Rp 200.000 per hari.
Yatno (40) perajin lainnya, mengatakan, kebanyakan perajin asal Gunung Kidul memproduksi banyak akar wangi dibawa ke Sulawesi, Maluku, Aceh, sejumlah daerah di Jawa. "Mereka tetap eksis bertahan dengan membuat berbagai kerajinan dari bahan akar wangi hingga sekarang," kata Yatno.