Brilio.net - Indahnya berbagi ternyata bisa kita lakukan untuk sesama yang berkebutuhan khusus, seperti difabel netra. Ternyata ada komunitas yang mewadahi kamu, jika ingin menjadi relawan untuk teman-teman yang berkebutuhan khusus tersebut. Komunitas Braille’iant Jogja namanya. Komunitas ini adalah komunitas anak muda peduli difabel netra yang merupakan follow up dari sebuah program bernama Program Kreativitas Mahasiswa Kegiatan Kemasyarakatan (PKM-M) yang dilaksanakan pada bulan Februari hingga April di tahun 2010.
"Tujuan komunitas ini sebenarnya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia secara ilmu bagi siswa tuna netra," ujar Yuhda Wahyu Pradana (24), founder sekaligus pembimbing di Asrama Yaketunis (Yayasan Kesejahteraan Tuna Netra Islam) Yogyakarta, kepada brilio.net Jumat (8/1)
Yuhda mengungkapkan, nama Braille’iant tercetus saat kegiatan kursus bahasa Inggris di Yaketunis, di tahun 2013 setelah melalui proses panjang sejak PKM-M tahun 2010. Braille’iant yakin bahwa kekurangan bukanlah halangan bagi mereka untuk terus belajar dan mencapai cita-cita. Hal tersebut jugalah yang teman-teman Braille’iant lihat dan alami selama menjadi relawan di program kursus bahasa Inggris.
"Program kami banyak. Pendampingan Ujian Nasional, relawan membaca materi pembelajaran, kursus bahasa Inggris, hingga Layar Bisik," kata Yuhda yang merupakan alumni Sastra Inggris, Universitas Negeri Yogyakarta angkatan 2009 ini.
Komunitas Braille’iant dicetuskan dan digerakkan oleh Veronica Christamia Juniarmi, Putri Hayu Austina, dan Yuhda Wahyu Pradana. Komunitas ini berusaha menjadi wadah bagi anak-anak muda Yogyakarta yang ingin mendapat pengalaman berharga dan inspirasi dari teman-teman difabel netra. Kegiatan mereka tak hanya seputar Yaketunis saja, tetapi juga di Mardi Wuto, Rumah Sakit Mata dr. Yap, Yogyakarta.
"Di Mardi Wuto kita nggak hanya pelatihan kursus bahasa Inggris saja, tetapi juga mengajari bagaimana wawancara kerja, bagaimana membuat CV, bagaimana cara untuk membangun kepercayaan diri, Layar Bisik, dan Audiobook masal," jelasnya.
"Layar Bisik kita bekerja sama dengan Movie Box Yogyakarta yang menyediakan tempat untuk menonton film. Jadi nanti satu difabel netra ditemani satu relawan yang bertugas membisikkan adegan di film," lanjutnya.
Di komunitas ini segala kurikulum pembelajaran bahasa Inggris telah disusun rapi selama setahun, dan tinggal menunggu relawan yang ingin berpartisipasi dalam open recruitment Februari 2016 mendatang.
"Kami punya mimpi untuk membuat Layar Bisik bagi anak-anak difabel tuna netra yang nantinya dipertemukan dengan relawan yang juga anak-anak, yang nantinya anak-anak tersebut akan membisikkan adegan demi adegan di film kepada para difabel tuna netra," pungkasnya.
Kamu tertarik untuk bergabung dengan komunitas ini?
Recommended By Editor
- Iseng foto mesra dengan pizza, gadis ini malah dapat kado tak terduga
- Istri ini tetap setia meski sang suami berubah jadi wanita, kok bisa?
- Bahagianya wanita mungil ini, dipersunting pria muda nan rupawan
- Dulu dihina diam saja, gadis ini menjawab dengan penampilan terbaru!
- TKI ini azan di depan pacarnya agar lamarannya diterima, mengharukan!