Brilio.net - Kegotongroyongan warga RT 38 RW08 Kelurahan Pakuncen, Kecamatan Wirobrajan, Yogyakarta ini patut diacungi jempol. Demi mendirikan sebuah balai pertemuan warga, setiap warga rela menabung Rp 1.000 per hari.
Kisah itu bermula ketika keinginan warga untuk membangun sebuah balai pertemuan sebagai tempat aktivitas warga terbentur ketersediaan dana. Kemudian, warga di wilayah bantaran sungai itu berinisiatif untuk menggalang dana melalui tabungan harian. "Melalui kelompok tabungan Melati, kami mengumpulkan dana dari pintu ke pintu. Nominalnya Rp 1.000 setiap rumah," ujar Gogor (25), Ketua RT setempat kepada brilio.net.
Butuh waktu yang lama untuk menghasilkan uang sejumlah sesuai dengan perkiraan kebutuhan pembangunan, Rp 20 juta. Sebab, di RT itu hanya ada 60 kepala keluarga (KK). Di satu sisi, warga sudah tidak sabar untuk memulai pembangunan balai tersebut. "Kami akhirnya segera memulai proses pembangunan. Untuk bambunya, kami berutang. Sementara gentengnya, alhamdulillah ada sumbangan dari warga sekitar," ungkap alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan (UAD) ini.
Uniknya lagi, ide penggarapan tersebut lebih banyak digagas oleh ibu-ibu, seperti penggalangan dana dan konstruksi bangunan. Sementara bapak-bapak menyumbang tenaga. Dengan dukungan dari paguyuban Kali Jawi dan Arkom Jogja, balai pertemuan yang kemudian dinamai Balai Bambu itu akhirnya berdiri pada Mei 2013.
Kehadiran Balai Bambu, menurut Gogor, sangat bermanfaat bagi warga RT 38. Selain sebagai sarana penyatu warga, Balai Bambu tersebut juga kerap digunakan untuk rapat dan pertemuan komunitas maupun pemerintahan desa. "Kami selalu terbuka bagi siapapun yang ingin menggunakan Balai Bambu," ujarnya.