Brilio.net - Stagen, saat ini popularitasnya sudah kalah jika dibandingkan dengan barang sejenisnya yang lebih modern seperti halnya korset dan lainnya. Stagen yang merupakan kain sepanjang 10 meter yang biasanya digunakan oleh wanita pascamelahirkan untuk dililitkan di perutnya ini, memang sudah tak lagi banyak digunakan sekarang. Itulah mungkin yang menyebabkan semakin berkurangnya para perajin stagen.

Namun di tengah berkurangnya popularitas stagen ini, sosok Mbah Srilah tetap kekeuh mempertahankan tradisi membuat stagen. Nenek berusi 70 tahun ini mengaku sudah puluhan tahun membuat stagen. Pembuatannya pun dilakukan dengan manual. Dengan alat tenun yang bukan terbuat dari mesin. "Ini alat dari kayu sudah dari pertama saya bisa nenun, waktu masih muda. Ini alatnya juga bikinan sendiri bukan beli," cerita Mbah Srilah dengan semangat pada brilio.net,di rumahnya Kelurahan Sumberrahayu, Kecamatan Moyudan, Sleman,Minggu (31/5).

Nenek itu mengaku memilih untuk tetap melakukan pekerjaan ini karena dia tak suka kalau sehari-hari hanya berdiam diri di rumah menyaksikan televisi. Menenun baginya sudah seperti melakukan olah raga, itulah yang membuatnya tampak masih sangat semangat.

"Tapi sehari saya ndak di nenun terus kok, kadang saya tinggal pergi juga. Saya lebih suka nenun daripada nonton sinetron. Kalau saya ndak nenun juga siapa lagi yang mau nerusin? Anak-anak sekarang kebanyakan ndak mau kerja gini," lanjut Mbah Srilah.

Memang sebenarnya misi lain yang dibawa oleh nenek dengan 13 anak ini adalah tetap mempertahankan tradisi. Prinsipnya, dia akan terus menenun stagen secara manual karena semakin lama tradisi ini semakin menghilang, bahkan tidak banyak orang yang tahu. Semoga selalu sehat dan tetap semangat ya mbah!