Brilio.net - Konferensi Asia Afrika adalah konferensi tingkat tinggi yang dihadiri oleh banyak kepala negara dari Asia dan Afrika yang digelar di Bandung, Jawa Barat tahun 1955.
Sebagai tuan rumah, Jawa Barat mencoba untuk memberikan suguhan terbaik bagi tamu-tamunya. Dalam hal makanan dan minuman, ada beragam makanan khas Sunda yang dijadikan jamuan. Beberapa makanan disajikan lagi dalam peringatan KAA di tahun-tahun berikutnya.
Khusus pada peringatan ke-60 pada tahun ini, direncanakan akan disajikan pula beberapa makanan "bersejarah KAA", seperti bandrek, colenak. Ada juga menu baru seperti ubi cilembu.
Untuk mengingat kembali sejarah KAA, khususnya kuliner yang pernah disajikan, brilio.net merangkumnya khusus untuk kamu.
1. Bandrek
Bandrek adalah minuman khas Bandung, biasanya disajikan malam hari. Minuman ini pernah disajikan saat KAA berlangsung tahun 1955. Bandrek disajikan untuk menghangatkan tubuh karena Bandung dahulu berhawa dingin. Bandrek terbuat dari jahe dan gula merah, Biasanya juga ditambahkan rempah-rempah penghangat tubuh lainnya
2. Bajigur
Sama halnya dengan Bandrek, hawa dingin kota Bandung membuat para leluhur ibu kota Priangan itu suka membuat Bajigur, minuman yang juga menghangatkan tubuh. Bajigur juga disajikan tahun 1955. Bahan utama minuman khas Bandung ini adalah gula aren dan santan yang dicampur dengan jahe, garam dan bubuk vanili.
3. Colenak
Colenak adalah singkatan dari dicocol enak. Bahan utamanya adalah tape atau peuyeum peyeum yang dibakar dan disajikan dengan saus yang dibuat dari parutan kepala dan gula merah. Sayangnya dalam gelaran KAA tahun 2015 colenak terancam tidak disajikan karena dianggap bisa membuat delegasi sakit perut.
4. Surabi
Surabi atau serabi adalah makanan khas di beberapa daerah di Indonesia. Bahan utamanya adalah tepung beras yang dicampur santan. Memasaknya cukup khas yaitu dimasak di atas semacam wajan yang terbuat dari tanah liat. Surabi ini cocok disajikan saat malam ataupun pagi hari sebagai teman ngeteh.
5. Dadar gulung
Bahan dasar makanan ini adalah tepung terigu, santan dan telur untuk membuat kulitnya, sedangkan isinya bisa bermacam-macam tergantung selera. Pada awalnya hanya berisi parutan kelapa muda yang dicampur gula merah dan daun pandan untuk penyegar aromanya.
Nah, dalam KAA pertama tahun 1955, menurut pengakuan Popong Otje Djundjunan atau yang terkenal dengan nama Ceu Popong, ada 10 gadis muda yang terpilih yang mendampingi delegasi saat acara makan malam, di malam penutupan KAA. Salah satu tugasnya menjelaskan pada delegasi KAA mengenai makanan tradisional dari Jabar tersebut.