Brilio.net - Masa lalu yang kelam tidak menjadikan Sandiman Nur Hari Widodo (52) menyerah begitu saja. Dia mengambil hikmah dari sana agar dapat menjadi orang yang lebih baik.
Sandiman yang seorang mantan narapidana (napi) akibat pernah merampok, kini telah menjadi pendiri pondok pesantren serta tempat santri belajar menghafal Alquran. Pondok pesantren dan panti asuhan yang dinamai Al-Ghifari itu didirikan tahun 1999, tepat satu tahun setelah dia bebas dari penjara, dan baru diresmikan pada tahun 2000. (Baca; Kisah Sandiman, mantan 'jenderal' rampok yang kini jadi kiai)
Setelah mendalami agama Islam dalam penjara, Sandiman tergugah untuk menyiarkan Islam di kampungnya Desa Sidorejo, Kulonprogo, Yogyakarta. Dia kemudian mendirikan masjid di tanah warisan orangtuanya. "Jadi masyarakat kampung saya ini banyak beragama Islam tapi nggak menjalankan syariat Islam, makanya dulu masjid saja nggak ada di sini," ujar Sandiman kepada brilio.net, Rabu (1/7).
Namun setelah masjid berdiri di sana, Sandiman bersyukur masyarakat desanya mulai tergerak hati untuk belajar Islam lebih dalam. Sandiman beserta istrinya yang telah menunaikan ibadah haji pada tahun 2012 lalu pun telah membuat satu bangunan lagi di atas tanah seluas 3.200 meter persegi yang berada tidak jauh dari pesantren Al-Ghifari.
Pondok Tahfiz tersebut digunakan khusus untuk pembelajaran santri atau siapa saja yang ingin menjadi Hafiz Alquran atau penghafal Alquran. Saat ini santri di pesantren pimpinan Sandiman ini berjumlah 40 santri tetap dan 48 santri pulang-pergi. Sedangkan yang sudah diluluskan sejak tahun 2000-an, jumlahnya sudah mencapai ratusan.
BACA JUGA:
Abu Nawas hampir digantung gara-gara mau terbang
Abu Nawas dan telur unta untuk obat Raja
Kecerdikan Abu Nawas selesaikan persoalan pembagian kambing
Kisah terenyuh Sunan Giri, saat bayi dibuang ke laut oleh kakeknya
Kisah Wali Sanga, alat musik tradisional bikin orang masuk Islam
'Tapa ngeli', cara Sunan Muria menyebarkan ajaran Islam
Ternyata Fatahillah bukan Sunan Gunung Jati, ini penjelasannya