Brilio.net - Bisa menuntut ilmu di salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia tentunya menjadi impian setiap siswa lulusan SMA, tidak terkecuali Puji Utomo (22). Walaupun berasal dari keluarga tidak mampu, impian dan semangatnya untuk meraih cita-cita demi menggapai masa depan tak pernah padam. Ketekunannya belajar akhirnya terbukti dengan diterimanya dirinya di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan beasiswa hingga lulus.
Bahkan selama kurang lebih empat tahun, Puji pun membuktikan bahwa mahasiswa dari keluarga kurang mampu bisa lulus dengan predikat Cumlaude pada wisuda sarjana UGM, Juli 2015. Dirinya bahkan menjadi lulusan terbaik dari Fakultas Teknik dengan IPK 3,86.
Kepada brilio.net, pria asli Pati ini bercerita, ayah dan ibunya adalah seorang penjual ikan di Pasar Juwana Pati. Setiap hari kedua orang tuanya berangkat tengah malam dan pulang keesokan harinya. Anak dari Pasangan Waso dan Rudiah ini mengaku dari enam saudaranya, hanya dirinya sendiri yang menikmati bangku kuliah. Keterbatasan ekonomi menyebabkan kakak-kakaknya memilih langsung bekerja dan menikah setelah tamat sekolah.
Ketika diterima di UGM pun sempat ada rasa Khawatir dari orangtuanya, walaupun kuliah gratis tapi bagaimana Puji dapat hidup di Jogja nantinya. Kekhawatiran tersebut ditepis oleh Puji, sebelum berangkat dia berjanji kepada orangtuanya untuk tidak akan meminta uang saku.
"Dari uang beasiswa saya dapat Rp 600.000 per bulan, sangat membantu untuk hidup di Jogja. Uang itu saya pakai untuk makan dan memenuhi keperluan kuliah," ujar Puji kepada brilio.net, Rabu (23/9).
Namun dengan bertambah tahun, kebutuhan kuliah pun menjadi semakin bertambah. Alhasil untuk menghemat uang Puji memilih untuk tinggal di masjid sebagai pengurus masjid di daerah Pogung Utara, Yogyakarta.
"Tinggal di masjid artinya saya juga harus mengabdi kepada masjid. Saya mengajar anak-anak TPA, membersihkan masjid, dan membantu kegiatan masjid lainnya," kata pemuda yang tiap berangkat kuliah menggunakan sepeda ontel ini.
Meski tidak memikirkan masalah sewa kontrakan, namun untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Puji mencari uang tambahan dengan mengajar di beberapa tempat bimbingan belajar. Dia bahkan sempat mengajar anak-anak difabel. Uang hasil mengajar tersebut dia tabung sedikit demi sedikit hingga lulus. Uang tersebut kini telah diserahkannya sebagai modal kepada sang ayah yang sempat bangkrut.
Kini setelah lulus, Puji berencana untuk kembali ke desanya di Bakaran Wetan, Juwana, Pati, Jawa Tengah. "Saya ingin ikut gerakan sarjana pulang bangun ke desa," pungkasnya.
Recommended By Editor
- Jasa membersihkan kamar kos, cocok buat kamu yang sibuk
- Poster larangan mahasiswa gondrong masuk perpus bikin gempar!
- Kegunaan KTM mulai dari urusan akademik sampai pinjam komik
- Kabar gembira! Kini ada sepatu stylish anti begal untuk cewek
- VIDEO: Ini cara atasi baju kusut tanpa pakai setrika, brilio!
- Dalami ilmu hama, cara Rio 'balas dendam' usai ayahnya gagal panen
- Berprestasi, pemuda tunadaksa masuk UGM tanpa tes dan bebas biaya
- Peraih beasiswa di UGM ini numpang di warung & kuliah ngontel pinjaman
- Tipe-tipe mahasiswa ketika dosen mengajar di kelas
- tipe-tipe mahasiswa ketika dosen mengajar di kelas
- Anak muda hafal alquran ini layani konsultasi agama lewat SMS, hebat!
- Alasan inilah yang membuat mahasiswa tak bisa jauh dari benda ini