Brilio.net - Usaha menemukan belahan jiwa memang banyak dilakukan orang dengan berbagai cara, mulai dari yang biasa saja hingga yang unik. Seperti halnya yang dilakukan oleh masyarakat Desa Parean Bulak, Indramayu, Jawa Barat. Mereka memiliki tradisi unik dalam mencari jodoh yang biasa disebut dengan 'Jaringan'.
Mengapa disebut dengan Jaringan? Karena tradisi tersebut dilakukan dengan cara si pria mengalungkan sarung kepada wanita yang menarik perhatiannya dengan cara menjaringnya.
"Kalau dulu orang tua saya bertemu ya lewat tradisi jaringan ini, kalau saya karena lama di Jogja jadi udah nggak ikut," ujar Yadi (28) warga asli Indramayu yang sudah lama menetap di Yogyakarta.
Tradisi jaringan sejatinya tidak hanya diikuti oleh para pemuda dan pemudi. Namun, peserta jaringan yang datang ke pasar jodoh juga banyak berstatus duda dan janda. Ada ciri-ciri khusus jika pesertanya janda.
Ketika datang ke Pasar Jodoh, wanita itu berpenampilan beda. Rambutnya diikat seperti menggunakan sanggul kemudian terselip kembang berwarna ungu.
Bagi peserta jaringan yang masih lajang, ada aturan ketika datang ke Pasar Jodoh. Untuk kaum lelaki biasanya mengenakan baju berwarna hitam dan putih dengan celana komprang setinggi lutut. Lelaki lajang itu juga menyelempangkan kain sarung di pundak.
Aturan bagi gadis ke Pasar Jodoh, mereka diharuskan mengenakan baju kurung berwarna hijau dengan selembar selendang di pundak. Bawahan gadis itu juga menggunakan kain rajutan. "Kalau dulu kan kain yang dipakai wanitanya merajut sendiri. Biasanya kalau sudah pacaran, lelakinya suka nungguin saat ngerajut kain," tutur Yadi
Sayangnya tradisi jaringan ini mulai punah dimakan perkembangan zaman. Jika dulu Pasar Jodoh kerap diisi muda mudi untuk mencari pasangan, kini pasar tersebut tak ubahnya seperti pasar malam.