Brilio.net - Berkeluarga dan menetap di negara orang tak menjadi alasan bagi Gaganawati Stegmann untuk menghentikan kecintaannya pada dunia tari. Apalagi menari adalah sarana yang dia gunakan untuk melestarikan budaya Indonesia sejak ia masih muda. Dia menyalurkan bakatnya itu dengan megajarkan tari pada anak sekolah di Jerman.
Sejak tahun 2009 dia mendekorasi ruang bawah tanah di rumahnya sebagai studio tari. Di tempat itu dia mengajarkan tarian pada anak-anak kampung di Jerman. Dia mendapatkan uang dari orang tua anak-anak itu sebesar 10 Euro. Tapi bukan itu yang membuatnya puas. Banyaknya anak Jerman yang bersemangat menarilah yang membuatnya sangat sumringah.
Aktivitas itu membuatnya diminta untuk menjadi guru honorer tari di sebuah Grundschule (SD) untuk kelas 1-4 di Kota Balgheim. Jumlah siswa yang harus dididik adalah 9 orang, semuanya laki-laki. Mereka intens diajarkan Gana menari untuk persiapan tampil di acara perpisahan sekolah.
Gana mengajarkan tari yang tidak susah untuk ditirukan anak Jerman. Di antara tari bonodori dari Jepang, tari perut dari Turki, dan tari bambu yang dia ajarkan. Akhirnya dia pilih tari bambu untuk disuguhkan saat perpisahan. Dia memadukan tari itu dengan lagu Suwe Ora jamu yang dia dapatkan dari Youtube. Lagu yang Jawa banget itu diedit supaya iramanya lebih cepat untuk mengiringi rancaknya tari bambu.
Soal kostum, Gana tak mau setengah-setengah. Dia rela keluar ongkos banyak demi impor kain batik dari Indonesia. Selendang warna-warni diborongnya dari Pasar Johar Semarang dan Pasar Klewer Solo saat mudik.
Tak tanggung-tanggung, untuk perpisahan SD itu, kepala sekolah meminjam Gemeindehalle (aula kota) di Balgheim. Yang menonton cukup banyak, dari anak-anak hingga orang tua. Saat anak-anak manis itu tampil, penonton berdecak kagum. "Untuk ukuran anak SD, penampilan mereka memesona saya dan tamu yang hadir," kata Gana.
Bagi Gana pentas tari anak Jerman itu adalah sebuah pengalaman indah tak terlupakan. Bulu kuduknya merinding mendengar lagu Suwe Ora Jamu berkumandang keras di aula. "Ah rasanya selangit! Senang rasanya kalau ada orang asing yang mau belajar budaya kita dan saya jadi merasa bermanfaat bagi setidaknya segelintir orang di negeri perantauan," ucapnya bangga.