Brilio.net - Kasih sayang seorang ibu tentu diinginkan setiap anak. Kamu mesti bersyukur jika masih tinggal bersama ayah dan ibu serta saudara yang saling menyayangi. Banyak orang yang tak seberuntung itu. Seperti yang dialami Widiastuti Prayitno. Sejak usia remaja, dia kurang mendapatkan kasih sayang sang ibu.

Perempuan 19 tahun ini mendapati perilaku ibunya berubah 180 derajat. Perubahan itu terjadi semenjak adik tirinya lahir, memang jarak antara Widi dan sang adik cukup jauh 12 tahun. "Mamah menikah (lagi) waktu usiaku 7 tahun, baru dapat adik 5 tahun kemudian," tutur Widi. Sementara ayah kandung Widi sudah meninggal ketika dia masih berusia 1 tahun.

Karyawan swasta di sebuah toko obat di bilangan Jalan Daan Mogot ini merasa tidak pernah memiliki naluri kedekatan dengan ayah maupun adik tirinya. Meski ketika itu mereka masih tinggal satu rumah di Kebumen, Jawa Tengah.

Ketika adik beda ayah itu lahir, ibunya seringkali bersikap tempramental. Bahkan untuk urusan yang remeh sekalipun. Pernah suatu kali Widi tak sengaja menjatuhkan periuk nasi yang baru saja diangkat. Akibat bunyi berisik itu sang adik yang baru saja ditidurkan oleh ibunya terbangun. Amarah sang ibu langsung meluap. Menurut pengakuannya dia tak hanya dimarahi akan tetapi juga dipukul.

Kesempatan lain, Widi bermaksud meminjam uang kepada ibunya untuk membeli kerudung baru. Ketika itu berdekatan dengan idul fitri. Bukannya diberi uang, Widi justru dapat omelan yang membuatnya kecewa. Alasan sang ibu, kerudung yang dimilikinya masih banyak sehingga lebih baik memakai yang ada dulu saja.

Pernah suatu hari Widi mengungkapkan kekecewaannya. "Mungkin aku siapa kali mah. Makanya nggak usah nikah sama papah," ucap Widi suatu kali ketika kecewa dengan sikap ibu yang tak lagi bersikap layaknya orangtua menyayangi anak. Ungkapan yang jujur dari hati ini tak hanya sekali diutarakan Widi.

Ibu yang mendengar itu langsung berang. Seketika itu juga ia usir anaknya sendiri itu. Sang ayah tiri pun mendukung ibu Widi dengan memuntahkan kata-kata makian pada Widi.

Kondisi ini membuat Widi tak betah berlama-lama tinggal di rumah. Sejak dia merasa hubungan dengan ibunya tak harmonis, dia lebih terbuka kepada tetangga. Hubungannya dengan ibu sudah terasa hambar, jiwanya sudah tak dekat lagi.

Meskipun baru lulus SD dan masih berusia 13 tahun, Widi memilih ke Bandung untuk bekerja. Di kota kembang dia sempat menghabiskan waktu 1 tahun, sebelum pulang sebentar ke Kebumen untuk kemudian ke Jakarta. Kala itu semua uang hasil kerja diserahkan ke ibu.

Hidup di perantauan, Widi benar-benar merasa hidup sendiri. Alih-alih dihubungi sang ibu sekadar untuk menanyakan kabar setelah lama tak bertemu, ketika dirinya menelepon malah yang ditanyakan adalah soal uang. Bagi Widi, tinggal di Jakarta di usia 14 tahun masih kalah keras dibanding sikap ibu dan ayah tiri terhadap dirinya.

Kendati demikian Widi berharap bisa berdamai dengan ibu dan ayah tirinya. Upaya damai terus dia lakukan itu suatu waktu dapat meluluhkan hati sang ibu untuk kembali memperlakukannya sebagai anak.

Cerita ini disampaikan oleh Widiastuti melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu.