Brilio.net - Siapa sangka berkat curhatan dari sang ibu, Nurul Indriyani berhasil mewakili Indonesia, bahkan Asia, dalam konferensi PBB. Gadis 17 tahun ini masih duduk di bangku kelas XII di Madrasah Aliyah Manba'ul Ulum Grobogan, Desa Padang, Kecamatan Tunggorono, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Nurul diundang dalam konferensi PBB di New York pada 11 Oktober 2012 dalam rangka launching Hari Anak Perempuan Internasional atau biasa dikenal dengan Day of the Girl. Nurul adalah satu dari 7 anak yang diberi kesempatan untuk mengikuti konferensi tersebut. Hebatnya juga, dari 7 delegasi yang berasal dari berbagai negara, Nurul lah yang diberi kehormatan untuk berpidato pada konferensi tersebut.
"Saya nggak tau awalnya kenapa saya yang terpilih untuk pidato. Waktu saya tanya, katanya saya dipilih karena orang PBB tertarik sama aksi saya untuk menghentikan pernikahan anak usia dini. Waktu pidato saya menceritakan tentang aksi tersebut dan Alhamdulillah juga sih," ungkap Nurul pada brilio.net, Jumat (20/3).
Nama Nurul Indriyani memang sudah tidak asing lagi di kalangan aktivis peduli anak berkat gerakan stop pernikahan anak usia dini yang dia gagas. Gerakan tersebut awalnya dia lakukan bersama teman-temannya sesama anggota Persatuan Pelajar Anak Desa Padang (PPAD).
Nurul mengaku bahwa aksi tersebut sepenuhnya dia lakukan karena terinspirasi dari kisah hidup orang tuanya. "Saya terinspirasi dari cerita ibu saya yang menikah dengan ayah saat usianya 15 tahun dan melahirkan saya saat usianya 16 tahun. Saya juga nggak tau kenapa kok ibu cerita sama saya. Ibu juga bilang kalau dia sebenarnya ingin jadi bidan, tapi karena sudah menikah muda cita-cita ibu nggak tercapai," cerita Nurul.
Dari cerita itulah Nurul dan anggota PPAD mulai menyosialisasikan dampak negatif pernikahan usia dini. Kegiatannya ini ternyata mendapat tanggapan positif dari pemerintah setempat.
Sebelum berangkat ke New York, Nurul juga mendapatkan penghargaan dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada tahun 2012. Tidak hanya itu, pada Oktober 2013 Nurul kembali diundang untuk menghadiri acara peringatan Malala Day yang dibuat oleh PBB untuk memperingati wafatnya Malala, seorang gadis pejuang pendidikan yang ditembak oleh kelompok Taliban. Nurul adalah salah satu dari dua anak perempuan yang diundang untuk mewakili Indonesia pada waktu itu.
Sampai sekarang, Nurul juga mengaku bahwa dia masih sering diundang dalam acara-acara diskusi terkait hak-hak anak yang diadakan baik itu di daerah Grobogan maupun di Jawa Tengah dan nasional. Dia juga bertekat, meskipun sebentar lagi akan menempuh pendidikan di universitas luar kota, akan selalu sedia untuk hadir di tiap acara yang diadakan di desanya.