Brilio.net - Banyak orang berpindah-pindah kerja demi mencari passion yang tepat. Namun, ada sejumlah hal yang akhirnya mendorong seseorang melepaskan profesi tertentu. Di antaranya persoalan kenyamanan kerja, besaran gaji, dan suasana kota tempatnya bekerja. Hal inilah yang dirasakan Ata warga Cirebon, Jawa Barat.
Demi mengejar gaji yang lebih tinggi, pria berusia 23 tahun ini terus berpindah pekerjaan dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya. Uniknya, pekerjaannya tak terbatas di satu bidang saja.
Awalnya, Ata berkecimpung dalam industri makanan kemasan selama tiga tahun mulai dari tahun 2010. Ia mengaku kondisi perusahaan dan suasana kota tempatnya bekerja sangat nyaman. Meski menikmati, besaran gaji tak sebanding dengan kepuasan batinnya. Akhirnya ia memutuskan untuk resign dan bekerja di pabrik pengolahan ikan. Tak tanggung-tanggung, saat itu lokasi pabrik berada di luar negeri, tepatnya Taiwan.
Peluang lebih besar untuk bisa sukses sudah menjadi impiannya di negeri orang. Tapi siapa sangka, belum ada seminggu bekerja, Ata harus rela dihadapkan kenyataan kalau banyak pekerjaan yang di luar job descripton dan mengharuskan untuk bekerja di luar jam kerja. Ditambah lagi tidak ada uang lembur. Padahal, pabrik tersebut tadinya menjanjikan adanya uang tambahan bila harus lembur di luar jam kerja dan jaminan fasilitas yang lengkap. Ironisnya, ia juga sering melihat atasan yang suka main tangan bila ada karyawan yang tidak becus dalam urusan pekerjaan.
Di tengah kenyataan yang harus dirasakan Ata, seorang temannya Lis (30), nama samaran, yang juga sedang berada di Taiwan menawarinya untuk bekerja di perusahaan tempat dia bekerja. Lagi-lagi dengan iming-iming gaji yang lebih besar, Ata tergoda dan nekat kabur bersama tiga orang temannya, Alan (27), Anto (21), Anjar (22) dari perusahaan tempat ia bekerja. Menurut cerita Lis yang dia dengar, dirinya hanya cukup bekerja sebagai pemetik buah setiap harinya tapi dengan gaji dan fasilitas yang menjanjikan.
Malang, sudah kabur tapi tak berujung untung. Perusahaan tempat Lis bekerja, yaitu perusahaan perkebunan malah jauh dari yang Lis ceritakan padanya. Nyatanya, alih-alih soal gaji tinggi, tempat bekerja yang sangat tidak nyaman dan fasilitas sangat sederhana. Kejengkelan Ata semakin menjadi sehingga pekerjaannya sebagai pemetik buah cukup dijalani dalam satu hari.
Tak cukup sampai di situ, perusahaan agensi Taiwan dan Indonesia mencari keberadaan Ata yang kabur dari perusahaan pengolahan ikan. Bosan berganti-ganti pekerjaan dan merasa kelelahan, Ata akhirnya memutuskan untuk menemui pihak agensi untuk selanjutnya berkonsultasi pada pihak Imigrasi. Harapan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di Taiwan berujung sia-sia, pihak Imigrasi malah memulangkannya ke Indonesia. Tak dapat berbuat banyak, Ata akhirnya bersedia untuk kembali ke Tanah Air tercinta.
Kini, Ata berada di kota asalnya Cirebon dan bekerja sebagai wiraswasta. Memang, hasilnya belum sesuai dengan keinginannya tapi ia merasa lebih bahagia. Meski rasa penyesalan tak bisa dihindari sering datang menghampiri, mengapa dulu ia menjadi pribadi yang cepat memutuskan untuk resign dari perusahaan menjanjikan. Tapi terus berpetualang dari satu profesi ke profesi lain dianggap Ata sebagai pengalaman menyenangkan karena ia bisa belajar banyak hal. Apalagi, saking seringnya ganti profesi, Ata tak lagi kesulitan beradaptasi dengan pekerjaan baru.
Sejauh pengalamannya, Ata juga mendapatkan banyak pelajaran perihal mencari pekerjaan. "Iya sih, enak gonta-ganti pekerjaan bisa dapat pengalaman banyak dan bisa ke luar negeri. Tapi kerja di luar negeri tidak seindah sama yang orang-orang bayangkan. Pada akhirnya saya sadar kalau bekerja itu jangan mengejar enaknya saja tapi carilah yang bisa bikin merasa nyaman dan yang penting halal," cerita Ata kepada brilio.net melalui sambungan bebas pulsa 0800-1-555-999, Selasa (13/10).
Adapun Ata juga mengaku bahwa penting untuk mencermati terlebih dahulu perusahaan yang akan dituju saat melamar pekerjaan. Mulai dari rekam jejak, fasilitas yang ditawarkan sampai kondisi lingkungan pekerjaan. "Sekarang saya sudah belajar, tidak ada perusahaan yang sempurna. Tinggal bagaimana kita menjalani dan mencintai profesi yang sudah kita pilih untuk bekerja," ujarnya.
Cerita ini disampaikan oleh Ata melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu!
Recommended By Editor
- Pengemis kepergok menukarkan uang ratusan ribu hasil ngemis sehari
- Enak dan nggak enaknya kerja di rumah, kamu ngerasa?
- Petani kopi dipenjara 2 bulan karena tak kuat bayar utang 50 kg beras
- Curhatan Indy gadis wasit futsal: Sering digoda suporter dan pemain
- Gadis ini pilih jadi wasit futsal ketimbang cheerleaders
- Potret pilu pekerja anak, kerja 11 jam/hari honornya Rp 144 ribu/bulan