Brilio.net - Tiada yang lebih membahagiakan bagi Wagiman (65) ketika putra bungsunya, Sudarmono memberi kabar bahwa dirinya diterima di Universitas Gadjah Mada (UGM), salah satu universitas terbaik di Indonesia. Ucapan syukur berkali-kali keluar dari mulutnya.
Sekalipun tidak pernah terlintas dalam benaknya bahwa Sudarmono dapat melanjutkan kuliah dalam kondisi keuangan keluarganya yang serba kekurangan tersebut. Ya, putranya berhasil diterima kuliah di program studi Ilmu dan Industri Peternakan dengan beasiswa penuh hingga lulus nanti.
Sudarmono memang sudah sejak SD berkeinginan untuk menuntut ilmu hingga perguruan tinggi. Namun dia tak pernah memaksakan kehendaknya tersebut, dia tahu bahwa keadaan perekonomian keluarganya tidak memungkinkan untuk hal itu. Mengingat bahwa ayahnya hanyalah berprofesi sebagai tukang becak.
Ayahnya harus bekerja membanting tulang untuk menghidupi lima anaknya. Keempat kakaknya pun hanya bisa mengenyam pendidikan hingga tingkat SMA dan langsung memutuskan bekerja untuk meringankan beban keluarga.
Sehari-hari ayah Sudarmono menarik becak di sekitar Pakualaman, Yogyakarta. Sedangkan istrinya, Mursiyem (55), membantu menopang ekonomi keluarga dengan bekerja menjadi buruh tani dan membuat benang untuk bahan kain kasa.
Dari hasil menarik becak biasanya Wagiman hanya memperoleh uang sebesar Rp 20.000 hingga Rp 30.000 per hari. Setiap seminggu sekali dia baru bisa pulang menemui anak istrinya yang tinggal di Mranggen, Bayat, Klaten. Mereka tinggal di sebuah rumah kecil yang dibangun dari bantuan dana pemerintah akibat tempat tinggal sebelumnya rata dengan tanah akibat gempa 2006.
Kesederhanaan keluarga Sudarmono.
"Dari dulu bapak selalu mendukung keinginan saya buat kuliah, bapak dari dulu nabung buat persiapan kuliah saya. Tapi alhamdulillah saya dapat beasiswa jadi bapak nggak usah bingung lagi," ujar Sudarmono kepada brilio.net, Kamis (30/7)
Walau dalam keadaan serba terbatas, hal itu justru memicu pemuda 18 tahun ini untuk lebih bersemangat menjadi pengusaha sukses. Sejak SD hingga SMA juara kelas selalu digenggamnya.
Sederet prestasi akademiknya itu menjadi pembuktian bahwa kemiskinan tidak menjadi penghalang baginya untuk terus berprestasi. Dirinya pernah mewakili sekolah dalam OSN Fisika dan Kimia.
Sudarmono menyempatkan diri memberi pakan ternak kambing.
Tidak hanya berprestasi secara akademik, Sudarmono juga aktif dalam sejumlah kegiatan di sekolahnya. Demikian halnya di kampung halamannya mengikuti sejumlah kegiatan kepemudaan. Meskipun memiliki seabrek aktivitas di sekolahnya, dia masih sempat membantu ibunya menggembala kambing.
"Sering bantu angon (menggembala) kambing di sawah. Hal ini juga yang mendasari keputusan saya untuk ambil kuliah di Fakultas Peternakan karena memang sejak kecil sudah sangat dekat dengan dunia peternakan, ingin jadi pengusaha bidang peternakan," ujarnya.
Harapan Sudarmono nanti jika sudah lulus, dapat menggapai cita-cita dan tentunya mengangkat derajat keluarganya.
Recommended By Editor
- Sariyah, penjual es campur, sukses kuliahkan dua anaknya, hebat!
- Seperti kakaknya, anak kedua Sariyah, juga kuliah di UGM, salut!
- VIDEO: Ini cara pria tunanetra buktikan kasih sayang kepada anaknya
- VIDEO: Ayahku memang galak, tapi dia yang paling mengerti diriku
- Si cantik Hafiza, berjuang memberdayakan mantan penderita kusta
- Pak Jarot, kuliahkan dua anak dari hasil mengojek
- Orang lain tak peduli, Tentara gagah ini traktir anak jalanan
- Legenda Obasuteyama, kisah anak membuang orangtuanya yang telah renta
- Mahasiswa anak buruh tani, nasibnya hampir ditentukan undian daun
- Renungan: Belajar dari detak jam 31.536.000 setahun
- Sarjana UGM ini pilih jadi tukang cuci ketimbang jadi pegawai BI
- Ajak masyarakat peduli sampah visual, komunitas ini dipuji peneliti AS