Brilio.net - Sedari kecil, pada diri Syayma Karimah telah ditanamkan oleh orangtua agar menjadi salah satu dari empat opsi yang ditawarkan: wirausaha, ilmuwan, pemimpin, atau profesional.

"Karena kita jangan sampai merepotkan umat dan justru yang mestinya membimbing mereka," tuturnya pada brilio.net, Kamis (6/8).

Itulah sebabnya meskipun dari keluarga berpunya, dara asal Jawa Barat ini memutuskan untuk bermimpi di usia 20 tahun mesti telah memulai mencari penghasilan sendiri. Keinginannya ini juga dilatarbelakangi masa kecilnya yang telah di didik dengan menjajakan kue kacang di sekolah semasa SD.

Jadilah penerima Beasiswa Aktivis Nusantara (Bakti Nusa) ini memiliki usaha kerudung. Langkahnya tak serta serta mulus. Salah satu kondisi pelik yang dihadapinya adalah suatu kali pernah hanya mengantongi uang rupiah berwarna abu-abu yang harus cukup hingga ada pemasukan lagi dari bisnisnya yang tidak tentu kapan. Ternyata, dalam keadaan ini, Syayma mampu bertahan sampai selama satu minggu.

"Saya percaya Allah yang akan menanggung rezeki hamba-hamba-Nya. Jadi waktu itu saya coba nikmatin aja. Kalau untuk makan kadang dapat dari seminar pas jadi pembicara. Karena tinggal di pesantren mahasiswi juga sering ada yang ngasih makanan buat rame-rame gitu. Kalau ke kampus yang biasanya naik motor biar lebih hemat saya jalan kaki," ungkapnya.

Uang bulanan dari orangtua sebenarnya masih didapatnya, namun ia memilih untuk tak menggunakannya kecuali untuk kepentingan kuliah yang tak terduga. Kini, pendapatan Syayma dari kerudung mencapai Rp 15-20 juta per bulan.

Syayma menyebut, usahanya memperoleh pendapatan ini merupakan suatu bentuk aktualisasi diri. "Dari berwirausaha kan kita bisa belajar beker jasama, nambah kenalan, dsb. Jadi bukan untuk menyaingi dan menjadi lebih hebat daripada kaum lelaki. Ini bentuk pembelajaran tentang kehidupan," tutur anggota bidang kaderisasi Medical Emergency Rescue (MER-C) Solo ini.