Brilio.net - Kamu yang menempuh pendidikan sekolah di tanah Jawa mungkin sudah tidak asing lagi dengan huruf-huruf atau aksara Jawa yang sering muncul pada pelajaran Bahasa Jawa. Tapi tahukah kamu, aksara yang terdiri dari 20 buah huruf tersebut jika dibaca akan membentuk suatu puisi yang memiliki sejarah dibaliknya.
Seperti dilansir brilio.net dari Ensiklopedia Bahasa Indonesia Selasa (9/6), sepanjang sejarah kesusasteraan Jawa yang panjang itu, orang Jawa telah mengenal berbagai tulisan asli. Ada suatu cerita mengenai asal mula penduduk Jawa yang tertua, dan mengenai masuknya kebudayaan Jawa di Pulau Jawa.
Cerita tersebut berawal dari Pangeran Aji Saka yang memerintah negeri Bumi Mejeti. Selama memerintah, Aji Saka juga gemar melakukan perjalanan ke negeri antah berantah untuk memperluas kekuasaan. Hingga suatu saat Aji Saka memerintah di negeri Medang Kemulan, Aji Saka mengirim utusan pulang ke rumahnya di Bumi Majeti untuk mengabarkan kepada abdinya yang setia Dora and Sembodo, untuk mengantarkan pusakanya ke Jawa.
Utusan itu bertemu Dora dan mengabarkan pesan Aji Saka. Maka Dora pun mendatangi Sembodo untuk memberitahukan perintah Aji Saka. Sembodo menolak memberikan pusaka itu karena dia ingat pesan Aji Saka, tidak ada seorang pun kecuali Aji Saka sendiri yang boleh mengambil pusaka itu. Dora dan Sembodo saling mencurigai bahwa masing-masing pihak ingin mencuri pusaka tersebut. Akhirnya mereka bertarung, dan karena kedigdayaan keduanya sama maka mereka sama-sama mati.
Aji Saka heran mengapa pusaka itu setelah sekian lama belum datang juga, maka ia pun pulang ke Bumi Majeti. Aji saka terkejut menemukan mayat kedua abdi setianya dan akhirnya menyadari kesalahpahaman antara keduanya berujung kepada tragedi ini.
Untuk mengenang kesetiaan kedua abdinya maka Aji Saka menciptakan sebuah puisi yang jika dibaca menjadi Aksara Jawa hanacaraka. Susunan alfabet aksara Jawa menjadi puisi sekaligus pangram sempurna, yang diterjemahkan sebagai berikut:
Hana caraka = Ada dua utusan
data sawala = Yang saling berselisih
padha jayanya =(Mereka) sama hebatnya (dalam perkelahian)
maga bathanga = Inilah mayat (mereka).
secara rinci:
hana / ana = ada
caraka = utusan (arti sesungguhnya, 'orang kepercayaan')
data = punya
sawala = perbedaan (perselisihan)
padha = sama
jayanya = 'kekuatannya' atau 'kedigjayaannya', 'jaya' dapat berarti 'kejayaan'
maga = 'inilah'
bathanga = mayatnya
BACA JUGA:
Siapa sebenarnya ibu dan bapak dari Masha? Ini penjelasannya
7 Alasan kenapa Masha and The Bear layak ditonton
Cuma lulusan SMK, santri ini buktikan bisa sukses dari bisnis animasi
Ternyata sosok Luffy di kartun One Piece sungguh ada di dunia nyata
VIDEO: Film kartun pertama di dunia, tayang lebih dari seabad lalu
Ekspresi tokoh kartun ternyata mewakili ekspresi si pembuat
Kamu bisa belajar persoalan hidup dari 8 tokoh kartun terkenal ini