Brilio.net - Sepatutnya kekurangan tak jadi penghalang siapa pun untuk tetap bisa menunjukkan kemampuannya dan berprestasi. Hal itulah yang dipraktikkan Anjas Pramono (17), siswa SMA 2 Kudus. Meskipun setiap harinya ia harus berjalan dengan bantuan tongkat, tapi ia membuktikan bahwa kemampuannya malah jauh melebihi mereka yang mempunyai fisik normal.
Prestasi Anjas harus diacungi jempol. Ramaja yang menderita penyakit Osteoporosis Imperfekta ini merupakan leader tim Indonesia pada ajang International Science Enterprise Challenge (ISEC) 2015 yang bersaingan dengan negara-negara asing, 24-25 Juli lalu. Anjas juga merupakan salah satu delegasi dalam Mathematic Olympiad 2014 di Singapura.
Di usia yang masih sangat belia Anjas harus menerima kenyataan bahwa dirinya terkena penyakit Osteoporosis Impeefekta. Penyakit Osteoporosis yang menyerang anak kecil itu membuat pengerasan tulang kakinya menjadi telambat.
"Gara-gara Osteoporosis Imperfekta itu, setiap saya jatuh pasti patah tulang. Dan itu terjadi berulang-ulang," terang Anjas kepada brilio.net, Selasa (28/7).
Proses kembalinya tulang kaki Anjas tak bisa cepat. Pun kakinya tak bisa ditangani medis dengan jalan operasi yang segera. Menurut dokter yang menanganinya, operasi baru bisa dilakukan setalah umurnya 17 tahun.
Sebenarnya saat ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar, ia bisa berjalan normal seperti temannya apda umumnya. Namun saat kelas 4, ia sudah merasa kesusahan berjalan. Ia pun baru tahu bahwa nama penyakit yang ia derita adalah Osteoporosis Imperfekta. Aktivitas kesehariannya setelah itu harus dibantu dengan kursi roda. Baru setahun lalu ia berani menggunakan tongkat.
Di ajang ISEC 2015, ia bersama 5 temannya dari SMA 2 Kudus menawarkan gagasan "Smart Sawah" yang menjadi solusi pengairan bagi sawah. Gagasan itu beradu dengan negara-negara lain seperti Filipina, Jepang, Singapura, Thailand, Guam, Mongolia, Rusia, dan Turki. Tahun 2014, ia juga dipilik Surya Institute untuk mewakili Indonesia di ajang Olimpiade Matematika Internasional di Singapura. Tak hanya itu, beberapa waktu lalu Anjas juga memenangi lomba Debat Bahasa Inggris tingkat Jawa Tengah.
Memang, meski punya keterbatasan fisik, Anjas membuktikan bahwa kemampuannya tak terbatas.
Recommended By Editor
- Kamu wajib tahu, ujian SIM D bagi difabel ternyata juga sulit
- Siswa tanpa tangan ini berjuang mati-matian untuk bisa kuliah
- Kegigihan Dullah, tunanetra penjual kerupuk kulit keliling
- Anis Rahmatillah, bocah difabel juara Olimpiade Sains Nasional
- VIDEO: Bejo banting tulang saban hari demi impian punya tangan palsu
- Wahyu atlet tunanetra, tolak donor mata demi melihat pakai mata hati
- Terlahir dengan tangan & kaki cacat, Alim pantang jadi peminta-minta
- Wahyu atlet catur tunanetra, juga juara lari 100 & 200 meter nasional
- Kisah Rakhmat, jawab diskriminasi dengan prestasi cumlaude dari Qatar
- Meski gagap & sulit menulis, Rakhmat raih IPK 3,93 di Qatar University
- Kasih ibu sepanjang masa,umur 101 tahun rawat anak cacat usia 63 tahun
- Hampir 100 kali anggota badan dipotong, wanita ini tetap gigih bekerja