Brilio.net - Keandalan Sunan Kalijaga dan berdakwah memang tak ada yang meragukan. Ia tak serta merta menghilangkan tradisi lama dan menggantinya dengan baru yang sesuai dengan syariat Islam.
Sunan Kalijaga lebih sering mengakulturasi budaya sebelumnya dengan yang baru. Hal itu yang membuat caranya mudah diterima masyarakat sehingga banyak yang kemudian memeluk Islam. Salah satu cara Sunan Kalijaga dalam berdakwah yang menarik adalah dengan wayng kulit.
Dikutip briilio.net dari buku "Jejak Wali dan Ziarah Spiritual" terbitan Kompas, Jumat (19/6), Sunan Kalijaga memang terkenal pandai mendalang. Saat mendalang ia lebih dikenal dengan sebutan Ki Dalang Sida Brangti. Sunan Kalijaga pun membuat lakon wayang tersendiri dan menyelenggarakan pagelaran wayang kulit dengan upah berupa jimat Kalimasada atau ucapan kalimat Syahadat.
Beliau mau memainkan lakon wayang yang biasa untuk meramaikan pesta peringatan-peringatan, asal yang memanggil itu mau bersyahadat sebagai kesaksian bahwa ia rela masuk Islam.
Ketika mendalang itulah Sunan Kalijaga menyisipkan ajaran-ajaran Islam. Lakon yang dimainkan tak lagi bersumber dari kisah Ramayana dan Mahabarata, melainkan mengubah beberapa lakon wayang untuk keperluan dakwah.
Ahli sejarah mencatat jika wayang yang digemari masyarakat sebelumnya adalah wayang beber yang berupa kain bergambar kisah pewayangan. Di tangan Sunan Kalijaga wayang itu diubah jadi terpisah. Tiap tokoh dipisah satu per satu kemudian diberi tangan agar bisa digerakkan. Tiap tokoh dibuat gambarnya dan disunggingkan di atas kulit kerbau.
Semula penggambaran tokoh wayang yang mirip dengan manusia ditentang oleh banyak ulama. Tapi Sunan Kalijaga kemudian mengubahnya menjadi lukisan yang menyamping. Dengan mengubah bentuk dan lukisan wayang berbeda dengan bentuk manusia sesungguhnya, maka tak ada lagi perselisihan terkait wayang tersebut.
Atas saran para wali, Sunan Kalijaga juga menciptakan tokoh baru yang diberi nama Semar, Petruk, Bagong, dan Gareng atau yang biasa disebut Punakawan. Peninggalan Sunan Kalijaga itu masih dipergunakan hingga kini. Bentuk wayang yang dibuatnya masih tetap lestari hingga kini.
BACA JUGA:
Masalah klasik saat bulan puasa, bau mulut! Begini cara mengatasinya
Menag: Tak perlu memaksa tutup warung di bulan puasa
Begini cara menentukan awal Ramadan dan Syawal
Puasa bukan halangan berolahraga, kamu bisa melakukannya begini
5 Spot ngabuburit asyik dan murah di Yogyakarta
Di zaman Muhammad SAW, imsak ditandai selesainya bacaan quran 50 ayat