Brilio.net - Dalam beberapa tahun ke belakang kata 'milenial' mulai akrab di telinga masyarakat. Ya, milenial biasanya selalu dikaitkan dengan generasi muda yang punya tahun kelahiran rentang 1980 sampai 2000-an.
Bagi generasi milenial yang saat ini sudah berusia di 20-an ke atas, biasanya akan makin sering didesak untuk cepat-cepat menikah oleh keluarga. Ya nggak? Biasanya fenomena ini akan terjadi dengan 'pertanyaan sistematis' yang hampir selalu berurutan. "Kapan skripsi? Kapan wisuda? Kapan kerja? Kapan punya calon? Kapan menikah? Kapan punya momongan?" dan seterusnya. Hayo ngaku, kamu ngerasain juga nggak?
Tapi nih ya, memang pada kenyataannya sebagian generasi milenial enggan menikah karena berbagai pertimbangan. Mereka tidak segampang itu untuk memutuskan untuk menikah meski sudah pasangan, bahkan mungkin sudah berpacaran lama.
BACA JUGA: 15 Puisi lucu anak milenial ini bikin cekikikan
Generasi milenial memiliki prinsip tersendiri tentang pernikahan. Mereka cenderung tak begitu tertarik dengan kehidupan pernikahan. Sebagian besar alasannya karena adanya tingkat perceraian yang tinggi dari generasi sebelumnya. Fenomena itu membuat generasi milenial lebih berhati-hati dalam hal pernikahan.
Generasi milenial yang kini sudah berusia di akhir 20-an akan makin sering dicecar dengan pertanyaan kapan menikah. Persoalan ini pun kadang bikin banyak orang makin tertekan. Sebab tak semua orang paham akan ketakutan yang dimiliki soal menikah.
Nah, tapi kira-kira apa saja ya, alasan-alasan anak muda zaman sekarang tak ingin nikah cepat-cepat?
Dilansir brilio.net dari Loveumentary pada Kamis (7/2), berikut 4 alasan krusialnya. Bener atau nggaknya cuma kamu nih, yang bisa ngerasain. Tsaaaahhh!
1. Ketakutan menghadapi konflik rumah tangga yang rumit.
BACA JUGA :
7 Fakta audisi Indonesia Menuju Broadway ini diikuti ratusan anak muda
foto: fimela.com
Bagaimana kalau nanti ada mantan yang hadir kembali? Bagaimana kalau mertua ternyata sangat jahat? Bagaimana bila pasangan mendadak berubah setelah menikah? Pikiran-pikiran semacam itu biasanya membuat generasi milenial merasa tak siap bila nanti harus menghadapi konflik-konflik berat dalam pernikahan.
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Gottman Institute disebutkan bahwa 69% konflik dalam hubungan percintaan tak bisa diselesaikan. Khawatir akan mengalami konflik-konflik berat setelah menikah membuat sebagian generasi milenial merasa lebih baik sendiri dulu. Daripada buru-buru menikah tanpa kesiapan mental yang baik. Masuk akal nggak?
2. Belum siap 'membebani' orang lain.
BACA JUGA :
11 Potret Faye, putri Maruli Simanjuntak aktivis antiperdagangan anak
foto: Tumblr/@foxville
Hal ini juga terkadang membuat anak muda milenial merasa cemas bila harus naik ke jenjang rumah tangga. Mereka tak ingin membebani orang lain dengan permasalahan yang bahkan belum tentu bisa ditangani sendiri.
Tumbuh di era yang menuntut untuk bisa selalu menyelesaikan semua masalah yang ada dengan lebih mandiri, kadang malah membuat generasi milenial merasa takut memulai hubungan. Alasan utamanya karena tak ingin membuat orang yang dicintai terbebani dengan masalah yang mereka punya. Hmmm, takut atau malah nggak percaya diri nih?
3. Tidak punya sosok yang harus dicontoh (role model).
foto: brightside
Generasi milenial umumnya dibesarkan oleh generasi Baby Boomer (generasi dengan tingkat perceraian yang tinggi). Ditambah lagi dengan ekspektasi yang kelewat tinggi dari berbagai film Disney dan film romantis yang pernah ditonton. Generasi milenial pun bisa merasa bingung.
Merasa tak punya panutan yang bisa memberi nasihat atau arahan soal pernikahan. Mereka selalu berharap terlalu tinggi memiliki kehidupan pernikahan yang seindah cerita dongeng. Ketimpangan ini akhirnya jadi salah satu penyebab mereka makin bingung memaknai pernikahan dan takut melangkah.
Apakah ada di antara kamu yang merasakan ketakutan-ketakutan tersebut?
Sebenarnya wajar aja sih, kalau kamu memiliki ketakutan seperti yang disebutkan di atas. Faktanya, ada banyak alasan untuk tidak menikah bagi beberapa pasangan, seperti masalah pengelolaan keuangan, tingginya anggaran perawatan kesehatan, dan pengaturan logistik yang rumit.
Generasi milenial merasa lebih bahagia dan lebih sehat dengan tidak menikah. Mungkin rasanya tidak masuk akal bagi beberapa generasi sebelumnya. Namun, gaya hidup adalah pilihan masing-masing individu dengan alasan dan kenyamanan tersendiri.
4. Belum siap membuat ekspektasi realistis.
foto: liputan6
Di era media sosial seperti ini, mudah sekali orang membanding-bandingkan dengan hidup orang lain. Mudah menjadi iri dengan keberuntungan orang lain. Termasuk dalam urusan pernikahan. Padahal setiap orang punya standar atau ekspektasi yang begitu tinggi soal pasangannya nanti.
Tapi pada kenyataannya kamu malah takut pasangan kamu saat menikah nanti tidak sesuai dengan ekspektasi atau harapan. Hal ini pun membuat kebanyakan generasi milenial merasa tak berani untuk menikah. Takut kecewa di kehidupan pernikahan yang tak seindah yang 'dipamerkan' orang-orang di dunia maya.